Selasa, 25 Oktober 2016

Pejabat AS dan Korut Diam-diam Bertemu di Malaysia

 
Pejabat AS dan Korut Diam-diam Bertemu di Malaysia  
Pertemuan ini dianggap penting karena sejak Juli lalu Korut memutus satu-satunya jalur komunikasi diplomatik resmi kedua negara, sebagai pembalasan atas sanksi yang dijatuhkan AS terhadap pemimpin Korut, Kim Jong-Un (tengah). (Reuters/KCNA)
 
Jakarta, CB -- Sekelompok mantan diplomat Amerika Serikat mengadakan pembicaraan rahasia dengan sejumlah pejabat senior Korea Utara pada akhir pekan lalu di Malaysia. Pembicaraan tertutup ini dilakukan di tengah upaya internasional untuk mengisolasi Korut, akibat serangkaian uji coba nuklir dan rudalnya sepanjang tahun ini yang dinilai melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.

Pertemuan selama dua hari di Kuala Lumpur itu dikonfirmasi oleh pemerintah Korea Selatan dan AS. Pertemuan ini merupakan bagian dari serangkaian pembicaraan tidak resmi antara Washington dan Pyongyang, yang yang biasa disebut sebagai Jalur 2.

Pertemuan ini dianggap penting karena sejak Juli lalu Korut memutus satu-satunya jalur komunikasi diplomatik resmi kedua negara, sebagai pembalasan atas sanksi yang dijatuhkan AS terhadap pemimpin Korut, Kim Jong-Un.

Pejabat AS yang menghadiri pembicaraan tertutup ini di antaranya adalah Robert Gallucci, pemimpin tim perunding AS yang menengahi kesepakatan dengan Pyonyang soal pembekuan program senjata nuklir pada 1994 lalu.

Dari pihak Korut, turut hadir wakil menteri luar negeri Han Song-Ryol, yang sebelumnya menjabat sebagai wakil duta besar Korut untuk PBB.

Pertemuan tertutup ini digelar menyusul uji coba rudal jarak menengah yang diluncurkan Korut pada Kamis (20/10) pekan lalu. Leon Sigal, pakar Korea yang turut menghadiri pertemuan menyatakan bahwa sebagian besar diskusi membahas soal program senjata nuklir Korea Utara.

Sigal menyatakan kepada kantor berita Korea Selatan, Yonhap, bahwa Korut menegaskan perjanjian damai dengan AS harus ditandatangani terlebih dahulu sebelum membahas soal program senjata nuklir. Sementara AS menginginkan sebaliknya.

Para pakar menilai bahwa penjatuhan lebih banyak sanksi yang lebih berat tidak berdampak apapun dalam upaya mencegah program pengembangan senjata nuklir Korut.

Sementara, Korsel yang merupakan salah satu sekutu dekat AS, menekankan bahwa pertemuan tertutup itu tidak melibatkan pemerintah masing-masing negara.

"Kami menyadari pemerintah AS mempertahankan sikap tegasnya, bahwa terburu-buru bertemu dengan Korut yang tak memiliki niat untuk melakukan denuklirisasi hanya akan membenarkan tindakan mereka [Korut] yang salah," ujar seorang pejabat kementerian luar negeri Korsel kepada AFP.

Dewan Keamanan PBB saat ini sedang membahas resolusi terbaru untuk menjatuhkan hukuman yang lebih berat kepada Korut atas uji coba nuklir kelima pada September lalu.

Pembicaraan tertutup antara pejabat AS dan Korut telah berlangsung selama beberapa tahun dan selalu digelar di negara ketiga, seperti Singapura, Jerman dan China.



Credit  CNN Indonesia