Jumat, 19 Februari 2016

Airbus dan Boeing Raup Kesepakatan Miliaran Dolar di Singapura


Chairman Philippine Airlines Lucio Tan (kiri) dan CEO Airbus Fabrice Bregier berjabat tangan usai menandatangani kesepakatan pembelian enam pesawat Airbus  A350-900s di Singapore Airshow, Selasa, 16 Februari 2016.
Chairman Philippine Airlines Lucio Tan (kiri) dan CEO Airbus Fabrice Bregier berjabat tangan usai menandatangani kesepakatan pembelian enam pesawat Airbus A350-900s di Singapore Airshow, Selasa, 16 Februari 2016. (AFP Photo)

Singapura - Airbus dan Boeing mengumumkan kesepakatan bernilai miliaran dolar AS pada pameran dirgantara terbesar di Asia di Singapura, Rabu (17/2). Perolehan ini menggarisbawahi peran Asia sebagai pendorong pertumbuhan industri penerbangan, sekalipun kegamangan kian meliputi para pembeli pesawat.
Produsen asal Eropa, Airbus, mengumumkan kesepakatan senilai US$ 1,85 miliar untuk pembelian enam pesawat tipe A350-900s oleh Philippine Airlines (PAL), maspakai nasional dari salah satu negara yang perekonomiannya tumbuh pesat di Asia.
Sementara Boeing yang berbasis di AS menyatakan telah mendapatkan komitmen dari maskapai Tiongkok, Okay Airways, untuk pembelian 12 unit senilai US$ 1,3 miliar.
"Orang-orang Tiongkok sangat baik dalam mengelola keuangan. Tidak masalah jika ekonomi memburuk, mereka masih akan melakukan perjalanan," ucap Chairman Okay Airways Wang Shusheng kepada para wartawan.
Tony Tyler, direktur umum Asosiasi Transportasi Udara Internasional atau IATA mengatakan, pameran di Singapura menunjukkan para maskapai di Asia kemungkinan memajukan pesanan karena pelemahan keuntungan.
Penghematan yang didapat para maskapai dari penurunan biaya bahan bakar terkikis oleh kerugian hedging dan penguatan nilai tukar dolar AS. Tyler mengatakan, greenback naik 20% selama 18 bulan terakhir.
Dia menambahkan karena Asia Pasifik menyumbang 40% kargo udara global, para operator regional terpukul oleh perlambatan ekonomi global dan makin parahnya dampak persaingan dari para operator asal Teluk.
"Kami ingin menjual sebanyak mungkin pesawat di Asia tapi kami juga ingin menetap di Asia dan memiliki fasilitas industri, pusat penelitian serta permesinan," ucap Marwan Lahoud, ketua asosiasi industri dirgantara Prancis, GIFAS, kepada AFP dalam sebuah wawancara, Selasa (16/2).
Anggota komite eksekutif Airbus Group itu juga menambahkan, pihaknya ingin memperkuat apa yang telah dimulai, seperti penjualan, perancangan, dan manufaktur di Asia.
Para pelaku industri menyatakan, permintaan perjalanan di Asia masih tumbuh, didorong oleh pertumbuhan kelas menengah. Tapi, sudah tidak ada lagi kesepakatan-kesepakatan megabesar seperti tahun-tahun sebelumnya.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan tahun ini, Airbus menyatakan berhasil mendapatkan 421 pesanan dari 17 maskapai dan penyewa pesawat di Asia sepanjang 2015. Angka tersebut mencapai 39% dari total pesanan yang sudah masuk tahun ini.
Boeing pekan ini memperkirakan bahwa dunia membutuhkan 38.050 pesawat dalam 20 tahun ke depan. Sebanyak 38% di antaranya akan berasal Asia, 21% dari Amerika Utara, dan 19% dari Eropa.
Selain Airbus dan Boeing, sebuah perusahaan penyewaan AS menerima pesanan 20 pesawat dari Mitsubishi Aircraft Corp Jepang, dalam transaksi senilai lebih dari US$ 900 juta.
PAL juga secara terpisah menyatakan telah menandatangani pesanan senilai US$ 600 juta dengan Rolls-Royce untuk mesin Trent XWB bagi enam unit A350.



Credit  Beritasatu.com