Jumat, 19 Februari 2016

BAE-Mahindra Bangun Pabrik Senjata



Pemerintah India saat ini dalam proses negosiasi untuk pembelian 145 meriam howitzer ultraringan M777 buatan BAE Systems lewat program Penjualan Militer Asing dari pemerintah Amerika Serikat (AS).
Pemerintah India saat ini dalam proses negosiasi untuk pembelian 145 meriam howitzer ultraringan M777 buatan BAE Systems lewat program Penjualan Militer Asing dari pemerintah Amerika Serikat (AS). (AFP Photo)

New Delhi – Raksasa pertahanan Inggris BAE Systems memilih Mahindra Group untuk membangun pabrik perakitan meriam artileri howitzer. Persenjataan ini diharapkan nantinya dijual kepada militer India.
Pemerintah India saat ini dalam proses negosiasi untuk pembelian 145 meriam howitzer ultraringan M777 buatan BAE Systems lewat program Penjualan Militer Asing dari pemerintah Amerika Serikat (AS). Penunjukan mitra lokal oleh BAE bisa mempercepat rampungnya kesepakatan.
Jika tercapai, kesepakatannya akan bernilai sekitar US$ 700 juta. Bagi India, kesepakatan tersebut akan memperkuat artilerinya dengan persenjataan berkemampuan tinggi.
India berupaya memperbarui peranti keras militernya yang sudah tua dengan persenjataan baru bernilai puluhan miliar dolar AS. India juga dihadapkan pada ketegangan-ketegangan dengan para riwal kawasan, yakni Tiongkok dan Pakistan.
“Sebagai mitra pendiri manufaktur pertahanan di India, BAE Systems senang bisa bermitra dengan Mahindra untuk menawarkan pengembangan fasilitas perakitan, integrasi, dan pengujian di India,” ujar Joe Senftle, wakil presiden BAE Systems, Rabu (17/2).
Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi sebelumnya mengatakan, perusahaan-perusahaan asing yang meraih kesepakatan-kesepakatan persenjataan untuk berinvestasi di India. Caranya dengan bermitra bersama perusahaan-perusahaan lokal.
“Kami ingin memberikan kontribusi besar bagi angkatan bersenjata dan perekonomian India,” ujar SP Shukla, presiden grup Mahindra Defence and Aerospace.
Kedua perusahaan tidak menyebutkan di mana dan kapan pabrik perakitan itu akan dibangun. Modi sebelumnya berjanji untuk mengakhiri status India sebagai importir pertahanan nomor satu dunia.
Modi menginginkan 70% persenjataan dirakit di dalam negeri mulai awal dekade mendatang. India terakhir membeli meriam howitzer untuk angkatan bersenjatanya pada 1986, yakni sebanyak 410 unit dari perusahaan senjata Swedia AB Bofors.
Namun, kesepakatan dengan Bofor kemudian diselimuti berbagai tuduhan korupsi, yang berakibat pada kalahnya PM Rajiv Gandhi dari Partai Kongres dalam pemilu nasional 1989.



Credit  Beritasatu.com