Senin, 01 April 2019

Salah Satu Pembunuh Khashoggi Dapatkan Pelatihan di AS


Salah Satu Pembunuh Khashoggi Dapatkan Pelatihan di AS
Jamal Khashoggi. Foto/Istimewa

WASHINGTON - Anggota tim yang dikirim Arab Saudi untuk membunuh jurnalis Jamal Khashoggi menerima pelatihan di Amerika Serikat. Demikian laporan Washington Post, mengungkap unsur-unsur baru dalam kematian mantan kontributornya itu.

Menurut kolumnis Washington Post, David Ignatius, seorang sumber Saudi yang dengan cermat membaca transkrip rekaman dari bug yang ditempatkan di konsulat oleh intelijen Turki mengatakan rekaman itu mengindikasikan rencana untuk menculik Khashoggi dan membawanya kembali ke Arab Saudi untuk penahanan dan interogasi.

Sebuah catatan dalam transkrip itu mengatakan suntikan diberikan kepada Khashoggi, yang menurut sumber Saudi itu mungkin obat penenang yang kuat.

Sebuah tas kemudian diletakkan di atas kepalanya, dan Khashoggi berteriak: "Saya tidak bisa bernapas, saya menderita asma. Jangan lakukan ini." Menurut Washington Post, dia meninggal segera setelah itu.

Transkrip itu menggambarkan suara mendengung, mungkin gergaji listrik yang digunakan untuk memotong-motong jurnalis.

Menurut Ignatius, yang mengatakan dia mewawancarai lebih dari selusin sumber-sumber Amerika dan Saudi yang berbicara dengan syarat anonim, beberapa anggota Kelompok Intervensi Cepat Saudi menerima pelatihan di Amerika Serikat.

"CIA telah memperingatkan lembaga pemerintah lainnya bahwa beberapa pelatihan operasi khusus ini mungkin dilakukan oleh Tier 1 Group, sebuah perusahaan yang berbasis di Arkansas, di bawah lisensi Departemen Luar Negeri," katanya.

"Pelatihan ini terjadi sebelum insiden Khashoggi, sebagai bagian dari hubungan berkelanjutan dengan Saudi, dan pelatihan itu belum dilanjutkan," imbuhnya seperti dikutip dari AFP, Minggu (31/3/2019).

Dia mengatakan beberapa program pertukaran keamanan AS-Saudi lainnya juga telah ditangguhkan. 


Khashoggi, seorang kritikus rezim Saudi, terbunuh dan dipotong-potong pada 2 Oktober lalu di konsulat Arab Saudi di Istanbul oleh tim terdiri dari 15 agen yang dikirim dari Riyadh. Tubuhnya hingga kini tidak pernah ditemukan.

Setelah membantah pembunuhan itu, Arab Saudi mengatakan operasi itu dilakukan oleh agen yang di luar kendali. Pengadilan 11 tersangka dibuka awal tahun ini di Arab Saudi.

Tetapi banyak dari kasus ini masih terselubung misteri, dimulai dengan peran putra mahkota yang kuat dan penguasa de facto, Mohammed bin Salman.

Senat AS, setelah pengarahan tertutup oleh CIA, mengadopsi resolusi yang menyebut putra mahkota "bertanggung jawab" atas pembunuhan itu, sementara Presiden Donald Trump menolak untuk secara terbuka mengambil sikap.





Credit  sindonews.com