HELSINKI - Dalam pertemuan di Helsinki,
Presiden Donald Trump menolak menyalahkan Presiden Rusia Vladimir Putin
terkait tuduhan ikut campur pemilu Amerika Serikat (AS) 2016. Sikap
Trump memicu guncangan di kalangan intelijen dan politisi Washington.
Alih-alih menyalahkan Putin, pemimpin Amerika itu tak menyampaikan satu kata pun yang menyudutkan Rusia. Sebelum pertemuan, Trump blakblakan menyatakan kebodohan ada di pihak negaranya sendiri.
Padahal, tiga hari yang lalu, Departemen Kehakiman AS mengumumkan dakwaan terhadap 12 mata-mata Rusia atas tuduhan meretas jaringan komputer Partai Demokrat selama pemilu 2016.
Konferensi pers bersama antara Trump dan Putin di Helsinki telah memicu gelombang kecaman di AS.
Mantan Direktur CIA John Brennan mengecam penampilan Trump bersama Putin sebagai "pengkhianatan". Sedangkan Senator John McCain menyebutnya sebagai "kesalahan tragis".
Dalam konferensi pers, Trump ditanya apakah dia percaya badan-badan intelijen AS, yang menyimpulkan bahwa Rusia ikut campur dalam pemilu 2016 dalam upaya untuk membantunya mengalahkan kandidat presiden Demokrat Hillary Clinton, Trump menjawab tak yakin jika Moskow melakukannya.
"Saya tidak melihat alasan mengapa itu terjadi," kata Trump. "Presiden Putin sangat kuat dan kuat dalam penyangkalannya hari ini," katanya lagi, dikutip Reuters, Selasa (17/7/2018).
Dan Coats, Direktur Intelijen Nasional AS, menjelaskan bahwa dia tidak berbagi pandangan dengan Presiden Trump. "Kami telah jelas dalam penilaian kami terhadap campur tangan Rusia dalam pemilu 2016 dan upaya mereka yang sedang berlangsung, yang meluas untuk merusak demokrasi kami, dan kami akan terus memberikan (informasi) intelijen yang objektif untuk mendukung keamanan nasional kami," katanya.
Bill Burns, mantan Wakil Menteri Luar Negeri dan Duta Besar AS untuk Rusia, mengatakan dalam sebuah wawancara telepon; "Saya telah melihat banyak pertunjukan oleh para presiden di panggung dunia, tetapi saya tidak bisa memikirkan salah satu yang lebih mengerikan daripada yang ini."
Beberapa jam setelah pertemuan di Helsinki, Trump menulis tweet; "Saya memiliki kepercayaan diri yang besar pada orang-orang intelijen saya. Namun, saya juga mengakui bahwa untuk membangun masa depan yang lebih cerah, kita tidak dapat secara eksklusif fokus pada masa lalu, sebagai dua kekuatan nuklir terbesar dunia, kami harus akur!"
Sebelum pertemuan dimulai, Trump menyalahkan negaranya sendiri karena memburuknya hubungan dengan Rusia.
"Hubungan kami dengan Rusia tidak pernah lebih buruk berkat kebodohan AS bertahun-tahun dan sekarang, perburuan penyihir harus dikekang!," lanjut Trump, yang mendeskripsikan penyelidikan terhadap Rusia atas tuduhan ikut campur pemilu AS seperti memburu penyihir.
Kementerian Luar Negeri Rusia merespons baik pernyataan tweet Trump."Kami setuju," tulis kementerian itu di Twitter.
Alih-alih menyalahkan Putin, pemimpin Amerika itu tak menyampaikan satu kata pun yang menyudutkan Rusia. Sebelum pertemuan, Trump blakblakan menyatakan kebodohan ada di pihak negaranya sendiri.
Padahal, tiga hari yang lalu, Departemen Kehakiman AS mengumumkan dakwaan terhadap 12 mata-mata Rusia atas tuduhan meretas jaringan komputer Partai Demokrat selama pemilu 2016.
Konferensi pers bersama antara Trump dan Putin di Helsinki telah memicu gelombang kecaman di AS.
Mantan Direktur CIA John Brennan mengecam penampilan Trump bersama Putin sebagai "pengkhianatan". Sedangkan Senator John McCain menyebutnya sebagai "kesalahan tragis".
Dalam konferensi pers, Trump ditanya apakah dia percaya badan-badan intelijen AS, yang menyimpulkan bahwa Rusia ikut campur dalam pemilu 2016 dalam upaya untuk membantunya mengalahkan kandidat presiden Demokrat Hillary Clinton, Trump menjawab tak yakin jika Moskow melakukannya.
"Saya tidak melihat alasan mengapa itu terjadi," kata Trump. "Presiden Putin sangat kuat dan kuat dalam penyangkalannya hari ini," katanya lagi, dikutip Reuters, Selasa (17/7/2018).
Dan Coats, Direktur Intelijen Nasional AS, menjelaskan bahwa dia tidak berbagi pandangan dengan Presiden Trump. "Kami telah jelas dalam penilaian kami terhadap campur tangan Rusia dalam pemilu 2016 dan upaya mereka yang sedang berlangsung, yang meluas untuk merusak demokrasi kami, dan kami akan terus memberikan (informasi) intelijen yang objektif untuk mendukung keamanan nasional kami," katanya.
Bill Burns, mantan Wakil Menteri Luar Negeri dan Duta Besar AS untuk Rusia, mengatakan dalam sebuah wawancara telepon; "Saya telah melihat banyak pertunjukan oleh para presiden di panggung dunia, tetapi saya tidak bisa memikirkan salah satu yang lebih mengerikan daripada yang ini."
Beberapa jam setelah pertemuan di Helsinki, Trump menulis tweet; "Saya memiliki kepercayaan diri yang besar pada orang-orang intelijen saya. Namun, saya juga mengakui bahwa untuk membangun masa depan yang lebih cerah, kita tidak dapat secara eksklusif fokus pada masa lalu, sebagai dua kekuatan nuklir terbesar dunia, kami harus akur!"
Sebelum pertemuan dimulai, Trump menyalahkan negaranya sendiri karena memburuknya hubungan dengan Rusia.
"Hubungan kami dengan Rusia tidak pernah lebih buruk berkat kebodohan AS bertahun-tahun dan sekarang, perburuan penyihir harus dikekang!," lanjut Trump, yang mendeskripsikan penyelidikan terhadap Rusia atas tuduhan ikut campur pemilu AS seperti memburu penyihir.
Kementerian Luar Negeri Rusia merespons baik pernyataan tweet Trump."Kami setuju," tulis kementerian itu di Twitter.
Pada konferensi pers, Trump dipersilakan para wartawan untuk melontarkan kritik terhadap Rusia, tetapi dia berulang kali menolak. Ketika ditanya apakah Rusia harus disalahkan atas hubungan yang buruk, dia mengatakan;
"Saya menganggap kedua negara bertanggung jawab. Saya pikir AS telah menjadi bodoh. Kita semua bodoh," katanya, sebelum berbelok ke dalam diskusi tentang pemilu AS yang dipersoalkan.
"Saya mengalahkan Hillary Clinton dengan mudah dan terus terang kami 'memukulinya'...kami memenangkan kompetisi itu dan memalukan bahwa bahkan ada sedikit awan di atasnya," katanya.
Ditanya apakah Putin adalah musuh, dia berujar; "Sebenarnya saya menyebutnya pesaing, dan dia pesaing yang baik, dan saya pikir kata pesaing adalah pujian."
Trump juga menahan diri dengan tidak mengkritik Rusia secara terbuka atas aneksasi Crimea dari Ukraina oleh Moskow pada 2014.
Sementara itu, Putin menyangkal jika dia memerintahkan anak buahnya, yakni para intelijen untuk membantu Trump memenangkan pemilu AS 2016. Namun, Putin jujur bahwa dia memang menginginkan Trump menang."Tuduhan itu benar-benar tidak masuk akal," kata Putin.
Putin menyarankan para penyelidik AS melakukan perjalanan ke Rusia untuk mempertanyakan orang-orang Rusia yang dituduh oleh Washington ikut campur dalam pemilu Amerika. Para politisi AS, khususnya kubu kritikus Trump mengecam saran Putin dan menganggapnya sebagai saran yang menggelikan.
Senator Partai Republik Lindsey Graham mengatakan kinerja Trump telah mengirim pesan "kelemahan" AS kepada Moskow. "Kesempatan yang hilang oleh Presiden Trump untuk secara kuat meminta pertanggungjawaban Rusia atas campur tangan pemilu tahun 2016 dan memberikan peringatan yang kuat mengenai pemilu di masa depan. Jawaban oleh Presiden Trump ini akan dilihat oleh Rusia sebagai tanda kelemahan dan menciptakan masalah yang jauh lebih banyak daripada memecahkannya," kata Graham di Twitter.
Mantan Direktur CIA John Brennan menyerukan agar Trump digulingkan."Pertunjukan konferensi pers Donald Trump di Helsinki melampaui ambang 'kejahatan tinggi dan kejahatan ringan'. Itu tidak lebih dari pengkhianatan. Bukan hanya komentar Trump yang meresahkan, ia sepenuhnya berada di saku Putin. Patriot Republik, di mana Anda ???," kritik Brennan di Twitter.
Credit sindonews.com