CB, Lembaga pemantau Hak Asasi Manusia, Human Rights Watch, mengkritik penahanan sewenang-wenang ulama Arab Saudi, Salman al-Awda, dan adiknya, Khaled, oleh Kerajaan Arab Saudi.
Al Awda dan belasan ulama lainnya ditangkap pada pertengahan September 2017. Saat itu, pemerintah Saudi mengatakan penangkapan dilakukan terhadap orang-orang yang mengganggu keamanan dan kepentingan Kerajaan untuk kepentingan pihak asing.
Al-Awda ditahan pada 7 September dan keluarganya dikenakan larangan berpergian.
Seorang anggota keluarga Al-Awda mengatakan dua orang petugas keamanan datang pada pukul enam sore pada 7 September 2017. Mereka menggeledah rumah dan menahan Al-Awda.
Hingga kini, menurut situs Human Rights Watch, pemerintah Saudi belum mengenakan tuduhan apapun terhadap Al-Awda, yang ditahan di sel tahanan sendiri.
Anggota keluarga ini menduga, Al-Awda ditahan karena enggan mengunggah cuitan dukungan kepada upaya koalisi Saudi untuk mengisolasi Qatar. Kedua negara memang sedang berseteru terkait perbedaan politik di kawasan Timur Tengah.
Sebaliknya, Al-Awda mengunggah cuitan lewat akun @Salman_alodah pada 9 September yang berbunyi,”Semoga Tuhan mengharmoniskan hati mereka untuk kebaikan rakyat mereka.”Ini merupakan seruan jelas agar negara-negara Teluk melakukan rekonsiliasi.
Menurut anggota keluarga Al-Awda, otoritas Saudi baru mengizinkan hubungan telepon selama 13 menit pada Oktober 2017.
Khaled, adik Al-Awda, ikut ditahan beberapa waktu kemudian karena membuat cuitan mendukung sikap kakaknya. Otoritas Saudi juga mengenakan larangan perjalanan untuk 17 anggota keluarga dekat Al-Awda tanpa menjelaskan alasannya.
Menurut data Human Rights Watch, pemerintah Arab Saudi kerap melakukan pelarangan perjalanan dan penahanan sewenang-wenang terhadap warga negaranya selama bertahun-tahun ini.
Padahal aturan hukum yang berlaku di Saudi mengatur bahwa otoritas bisa mengenakan larangan perjalan dengan alasan jelas terkait dengan keamanan dan rentang waktu yang jelas. Ini harus diberitahukan dalam waktu satu pekan setelah pelarangan perjalanan diumumkan.
Menurut situs HRW, Al-Awda merupakan satu dari sekitar 60 orang yang ditahan sejak September 2017. Mereka adalah tokoh agama, aktivis, dan penulis. Pemerintah Arab Saudi belum mengumumkan alasan penahanan untuk masing-masing orang.
Mereka yang ditahan seperti ahli ekonomi Saudi, Essam al-Zamil, akademisi Mustafa al-Hasan, dan penulis Abdullah Al-Malki. Lalu ada tokoh agama seperti Awad al-Qarni, Ibrahim al Nasser, dan Ibrahim al-Fares. Dan aktivis HAM seperti Abdulaziz al-Shubaily dan Issa al-Hamid.
Al Awda dan belasan ulama lainnya ditangkap pada pertengahan September 2017. Saat itu, pemerintah Saudi mengatakan penangkapan dilakukan terhadap orang-orang yang mengganggu keamanan dan kepentingan Kerajaan untuk kepentingan pihak asing.
“Upaya
Putra Mahkota Pangeran Mohammed Bin Salman untuk mereformasi
perekonomian dan masyarakat Saudi bisa gagal jika sistem hukum yang ada
mengabaikan penegakan hukum dengan melakukan penahanan dan penjatuhan
sanksi hukum semena-mena,” kata Sarah Leah Whitson, direktur Human
Rights Watch Timur Tengah.
Sarah mengatakan tidak ada landasan
hukum untuk menghukum anggota keluarga dari tahanan tanpa menunjukkan
sedikitpun kesalahan yang dituduhkan kepada mereka.Seorang anggota keluarga Al-Awda mengatakan dua orang petugas keamanan datang pada pukul enam sore pada 7 September 2017. Mereka menggeledah rumah dan menahan Al-Awda.
Hingga kini, menurut situs Human Rights Watch, pemerintah Saudi belum mengenakan tuduhan apapun terhadap Al-Awda, yang ditahan di sel tahanan sendiri.
Anggota keluarga ini menduga, Al-Awda ditahan karena enggan mengunggah cuitan dukungan kepada upaya koalisi Saudi untuk mengisolasi Qatar. Kedua negara memang sedang berseteru terkait perbedaan politik di kawasan Timur Tengah.
Sebaliknya, Al-Awda mengunggah cuitan lewat akun @Salman_alodah pada 9 September yang berbunyi,”Semoga Tuhan mengharmoniskan hati mereka untuk kebaikan rakyat mereka.”Ini merupakan seruan jelas agar negara-negara Teluk melakukan rekonsiliasi.
Menurut anggota keluarga Al-Awda, otoritas Saudi baru mengizinkan hubungan telepon selama 13 menit pada Oktober 2017.
Khaled, adik Al-Awda, ikut ditahan beberapa waktu kemudian karena membuat cuitan mendukung sikap kakaknya. Otoritas Saudi juga mengenakan larangan perjalanan untuk 17 anggota keluarga dekat Al-Awda tanpa menjelaskan alasannya.
Menurut data Human Rights Watch, pemerintah Arab Saudi kerap melakukan pelarangan perjalanan dan penahanan sewenang-wenang terhadap warga negaranya selama bertahun-tahun ini.
Padahal aturan hukum yang berlaku di Saudi mengatur bahwa otoritas bisa mengenakan larangan perjalan dengan alasan jelas terkait dengan keamanan dan rentang waktu yang jelas. Ini harus diberitahukan dalam waktu satu pekan setelah pelarangan perjalanan diumumkan.
Menurut situs HRW, Al-Awda merupakan satu dari sekitar 60 orang yang ditahan sejak September 2017. Mereka adalah tokoh agama, aktivis, dan penulis. Pemerintah Arab Saudi belum mengumumkan alasan penahanan untuk masing-masing orang.
Mereka yang ditahan seperti ahli ekonomi Saudi, Essam al-Zamil, akademisi Mustafa al-Hasan, dan penulis Abdullah Al-Malki. Lalu ada tokoh agama seperti Awad al-Qarni, Ibrahim al Nasser, dan Ibrahim al-Fares. Dan aktivis HAM seperti Abdulaziz al-Shubaily dan Issa al-Hamid.
Credit TEMPO.CO