CB, Jakarta - Warga asing keturunan Cina
diizinkan untuk mengajukan visa khusus untuk tinggal di Cina selama
lima tahun atau memasuki negara tersebut beberapa kali selama periode
tersebut setelah memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Kebijakan baru, yang berlaku mulai Kamis, 1 Februari 2018, adalah perbaikan pada visa multiple-entry satu tahun untuk etnis Cina di seluruh dunia.
Seperti yang dilaporkan South China Morning Post pada 30 Januari 2018, perubahan yang diumumkan oleh Kementerian Keamanan Publik pekan lalu, diperkirakan akan menarik lebih banyak etnis Tionghoa untuk melakukan bisnis atau bahkan tinggal di Cina.
Menurut definisi resmi Cina, orang asing asal Cina merujuk pada eks
warga Cina yang telah memperoleh kewarganegaraan asing, atau keturunan
warga Cina saat ini. Pemohon hanya perlu memiliki satu orang tua, kakek
nenek atau leluhur yang merupakan warga negara Cina. Tidak ada batasan
jumlah generasi.
Tapi sementara kebijakan tersebut terbuka untuk semua orang asing tersebut, menurut kementerian tersebut, pemohon diminta untuk membuktikan asal Cina mereka. Ini berarti menyerahkan dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah Cina atau pihak berwenang di negara tempat pemohon mengajukan permohonan.
Dokumen yang membuktikan asal Cina termasuk salinan paspor Cina atau kartu identitas orang-orang Cina atau paspor kerabat mereka.
Menurut Kantor Urusan Luar Negeri Cina di Shanghai, sertifikat dari pemerintah luar negeri juga akan diterima setelah dinilai oleh Kedutaan Besar Cina atau konsulat di negara asal pemohon. Kebijakan baru ini juga mempermudah pemohon dengan tidak memberlakukan pembatasan atas alasan kunjungan mereka.
"Visa semacam itu dapat diberikan kepada orang-orang etnis Tionghoa di luar negeri jika mereka perlu mengunjungi keluarga mereka, melakukan pertukaran bisnis atau budaya, atau menangani masalah pribadi di Cina," demikian pernyataan kementerian tersebut.
Baca: Fantastis, Rakyat Cina Habiskan Rp 7.800 Triliun untuk Jajan
Sementara mereka yang ingin tinggal lebih lama untuk alasan pekerjaan, studi atau hal-hal lain dapat mengajukan permohonan izin tinggal lima tahun.
"Kebijakan tersebut bertujuan untuk mendorong lebih banyak orang Tionghoa perantauan untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi Cina," kata Qu Yunhai, Kepala biro administrasi keluar dan masuk Cina.
Kebijakan baru, yang berlaku mulai Kamis, 1 Februari 2018, adalah perbaikan pada visa multiple-entry satu tahun untuk etnis Cina di seluruh dunia.
Seperti yang dilaporkan South China Morning Post pada 30 Januari 2018, perubahan yang diumumkan oleh Kementerian Keamanan Publik pekan lalu, diperkirakan akan menarik lebih banyak etnis Tionghoa untuk melakukan bisnis atau bahkan tinggal di Cina.
Tapi sementara kebijakan tersebut terbuka untuk semua orang asing tersebut, menurut kementerian tersebut, pemohon diminta untuk membuktikan asal Cina mereka. Ini berarti menyerahkan dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah Cina atau pihak berwenang di negara tempat pemohon mengajukan permohonan.
Dokumen yang membuktikan asal Cina termasuk salinan paspor Cina atau kartu identitas orang-orang Cina atau paspor kerabat mereka.
Menurut Kantor Urusan Luar Negeri Cina di Shanghai, sertifikat dari pemerintah luar negeri juga akan diterima setelah dinilai oleh Kedutaan Besar Cina atau konsulat di negara asal pemohon. Kebijakan baru ini juga mempermudah pemohon dengan tidak memberlakukan pembatasan atas alasan kunjungan mereka.
"Visa semacam itu dapat diberikan kepada orang-orang etnis Tionghoa di luar negeri jika mereka perlu mengunjungi keluarga mereka, melakukan pertukaran bisnis atau budaya, atau menangani masalah pribadi di Cina," demikian pernyataan kementerian tersebut.
Baca: Fantastis, Rakyat Cina Habiskan Rp 7.800 Triliun untuk Jajan
Sementara mereka yang ingin tinggal lebih lama untuk alasan pekerjaan, studi atau hal-hal lain dapat mengajukan permohonan izin tinggal lima tahun.
"Kebijakan tersebut bertujuan untuk mendorong lebih banyak orang Tionghoa perantauan untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi Cina," kata Qu Yunhai, Kepala biro administrasi keluar dan masuk Cina.
Credit TEMPO.CO