Rabu, 24 Januari 2018

Konflik Turki dan AS Memanas, Ini 6 Pemain Utama di Afrin




Konflik Turki dan AS Memanas, Ini 6 Pemain Utama di Afrin
Peta kota Afrin. [Al Jazeera]

CB, Jakarta - Pasukan Turki menggelar operasi militer untuk menyerang pangkalan pasukan Kurdi dukungan Amerika Serikat di distrik Afrin, di perbatasan barat laut Suriah. Seperti dilansir Reuters, Operasi yang disebut sebagai 'Operasi Tangkai Zaitun' (Olive Branch operation) oleh militer Turki ini berlangsung sejak Sabtu, 20 Januari 2018.
Ankara menganggap kelompok bersenjata YPG milik Partai Uni Demokratik Kurdi (PYD) sebagai kelompok teroris, yang mengganggu keutuhan wilayahnya. Kelompok PYD ini dianggap terkait dengan Partai Pekerja Kurdi, yang juga disebut sebagai kelompok teroris oleh pemerintah Turki.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan militer negaranya tidak akan mundur hingga bisa mengalahkan pasukan Kurdi di Afrin. Dia juga mengatakan pasukan akan terus menyerang untuk mengusir Kurdi dari kota Manbij di utara Suriah. Kota ini dikuasai Kurdi dari pasukan teroris ISIS pada 2016.

Ada enam kelompok yang bersaing dalam pertempuran Afrin ini dan masing-masing memiliki perannya. Mereka adalah:
1. Turki
Militer Turki bertempur melawan pasukan Kurdi di daerah selatan negara itu sejak 1980an. Awalnya, pemerintah Turki melawan Partai Pekerja Kurdi (PKK), yang ingin memisahkan diri namun belakangan meminta otonomi saja dari pemerintah Turki.
Konflik keduanya menewaskan sekitar 40 ribu warga sipil, tentara, dan milisi. Ini merugikan kedua belah pihak hingga ratusan triliun. Turki menilai Partai Uni Demokratik Kurdi sebagai perpanjangan dari PKK, yang dianggap kelompok teroris.
"PKK dan kurdi Suriah sama saja. Mengganti nama mereka tidak akan mengubah fakta bahwa mereka adalah kelompok teroris," kata Erdogan.
Dengan menguasai Afrin, Turki berharap bisa membangun koridor aman untuk menangkal serangan lintas batas pasukan Kurdi dari utara Suriah.
2. YPG dan PYD
YPG atau Unit Pertahanan Rakyat Kurdi merupakan sayap militer Partai Uni Demokratik (PYD), yang merupakan partai politik oposisi di Suriah. PYD dengan sayap militernya YPG menguasai lahan yang luas di utara Suriah dan berhasil mengalahkan pasukan teroris ISIS serta Al Qaeda. Mereka juga berjasa dalam mengalahkan ISIS di Raqqa.
Ada sekitar 8000 -- 10 ribu pasukan Kurdi di distrik Afrin, dengan dukungan ribuan pasukan lainnya di Manbij, Suriah.
3. Free Syrian Army (FSA)
Berdiri sejak 2011, ini merupakan kelompok oposisi Suriah yang ingin menjatuhkan pemerintahan Presiden Suriah, Bashar al-Assad. Mereka dimotori bekas anggota militer Suriah, yang keluar dari kemiliteran. Kelompok ini dianggap berpeluang besar untuk mengimbangi kekuatan pasukan pemerintah Suriah.
Pemerintah Turki mulai terlibat konflik ini pada 2016 dan mendukung pembentukan pasukan FSA ini. Dalam penyerangan ke Afrin, Turki memobilisasi ribuan pasukan FSA dari dalam dan perbatasan Suriah.
4. Suriah
Sejak pecah perang saudara pada 2011, pemerintah Suriah kehilangan banyak wilayah, yang dikuasai berbagai kelompok oposisi termasuk FSA dan ISIS. Namun, berkat bantuan Rusia pada 2015, pasukan Presiden Bashar al-Assad mulai bangkit. Contohnya keberhasilan pasukan militer Suriah menguasai Aleppo dari kelompok ISIS. Militer terus mendesak pasukan ISIS di sebelah barat sambil bertempur dengan pasukan oposisi di sebelah timur seperti di provinsi Idlib.
Pada awal 2018 ini, pasukan pemerintah Suriah berhasil menguasai sebagian besar wilayah negara itu. Namun, kawasan utara masih berada dalam kontrol pasukan Kurdi Suriah.  Awalnya, Suriah mengatakan akan menembak semua pesawat Turki yang melintasi wilayahnya. Namun, hingga serangan Turki memasuki hari ketiga, ancaman itu tidak terbukti.
5. Rusia
Pemerintah Rusia menyatakan intervensinya di Suriah pada September 2015 untuk mendukung Presiden Assad. Dengan dukungan operasi serangan udara Rusia, Assad berhasil menguasai kembali wilayahnya yang dikuasai kelompok oposisi dan kelompok teroris ISIS.
Rusia menguasai wilayah udara Afrin namun memilih untuk menarik ratusan pasukannya agar Turki bisa melancarkan operasi militer terhadap Kurdi di sana. Pemerintah Rusia secara terbuka menyalahkan pemerintah AS, yang membagikan banyak senjata kepada berbagai kelompok di perbatasan Suriah seperti Kurdi.
Pada Nopember 2017, Assad berterima kasih kepada Rusia atas bantuannya. Dan sebulan kemudian, Rusia menyatakan kemenangan militer atas ISIS. Rusia bakal menarik pasukannya namun mempertahankan markas Khemeimim di Latakia dan pangkalan laut di Kota Tartus, Mediterania.
6. Amerika Serikat
Pemerintah AS mengirim sekitar 2000 pasukan di wilayah Suriah. Ini belum termasuk pasukan khusus dan operasi militer rahasia, yang berlangsung di sana. Belakangan, Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson, mengatakan akan mempertahankan pasukan AS lebih lama untuk melawan pengaruh ISIS, Al Qaeda, dan Iran.
Sejak 2011, AS mencoba melengserkan Presiden Bashar Al Assad dengan mendukung lewat pemberian senjata kepada berbagai kelompok oposisi Suriah. Namun rencana ini dinilai kurang berhasil dan lebih sukses dalam mengalahkan kelompok teroris ISIS.
Uniknya, AS berkoalisi dengan Turki untuk menjatuhkan Assad. Namun, AS juga berkoalisi dengan pasukan Kurdi, yang merupakan musuh Turki. Belakangan Pentagon mengungkapkan rencana untuk mempersenjatai 30 ribu pasukan di perbatasan Suriah, yang mayoritasnya merupakan anggota Kurdi. Ini membuat Turki meradang dan menggelar operasi militer sejak Sabtu pekan lalu. Ini membuat ketegangan antara Turki dan AS meningkat drastis. 



Credit  TEMPO.CO