Menteri Pertahanan Amerika Serikat James
Mattis menawarkan Indonesia untuk membeli alutsista buatan negaranya.
(CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Menanggapi hal tersebut, Ryamizard menyatakan Indonesia masih mempertimbangkannya. "Kemudian ke depan pasti ada karena makin tahun kan ada yang harus diganti kan tua-tua sudah pesawat terbang," kata Ryamizard seusai bertemu dengan Mattis di Kantor Kemhan, Jakarta Selasa (23/1).
"Kalau mobil 100 tahun masih jalan, kalau pesawat 50 tahun kan ngeri-ngeri juga," imbuhnya.
Namun, Ryamizard menyebut Indonesia tidak akan membeli alutsista dalam jumlah besar dari AS dalam tiga sampai empat tahun ke depan.
Hal ini lantaran Indonesia tidak memiliki kebutuhan mendesak terhadap alutsista sebagai kebutuhan untuk berperang.
"Kita kan enggak perang, perang kita kan sama teroris, teroris kan enggak pakai gituan (senjata)," ucapnya.
Meski begitu, Ryamizard mengungkapkan tak akan begitu saja membeli alutsista dari AS karena juga harus melihat anggaran yang dimiliki oleh Kemhan untuk pembelian alutsista.
"Ya kalau ada duitnya (beli)," ujarnya.
Saat ini, kata Ryamizard, AS juga tengah mengurangi jumlah alutsista yang dimilikinya, sehingga Indonesia akan lebih mudah jika ingin membeli dari AS.
Dia menuturkan Indonesia juga telah membeli sejumlah pesawat tempur F-16 dari Amerika Serikat.
Credit cnnindonesia.com
Ryamizard-Mattis Bahas LCS, Korut, ISIS hingga Rohingya
Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu dan
Menteri Pertahanan Amerika Serikat James Mattis membahas isu Laut China
Selatan, Korut, ISIS, hingga Rohingya. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Di antaranya masalah Laut China Selatan, program nuklir Korea Utara, milisi negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) hingga masalah pengungsi Rohingya.
Terkait masalah Korut, Ryamizard mengatakan Indonesia dan Amerika Serikat sepakat untuk saling menahan diri menanggapi konflik di Semenanjung Korea itu, dan menyerahkannya ke Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk menyelesaikannya.
"Kita serahkan saja kepada PBB agar PBB menekan Korut, jangan melakukan tindakan tidak baik, ikuti hukum internasional," kata Ryamizard seusai pertemuan dengan Mattis di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Selasa (23/1).
Kedua Menhan juga membahas masalah pengamanan trilateral antara Indonesia, Malaysia dan Filipina di Laut Sulu terkait dengan pemberantasan terhadap kelompok ISIS.
Kepada Mattis, Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu juga menyampaikan tentang Konsep Our Eyes yang dibentuk Indonesia dengan negara-negara ASEAN. Konsep Our Eyes tersebut merupakan kerjasama di bidang intelijen dalam upaya saling tukar informasi intelijen untuk menangkal ancaman terorisme.
"Tadi Jenderal Mattis mengatakan dia akan bantu (Konsep Our Eyes), saya sangat senang, karena bagaimana pun AS alat-alatnya lebih canggih, kita perlu bantuan," kata Ryamizard.
Dia dan Mattis juga membicarakan perihal penanganan para pengungsi Rohingnya. Ryamizard menilai, penanganan para pengungsi Rohingya tersebut harus dilakukan dengan benar, sehingga para pengungsi Rohingya tersebut tidak menjadi bagian dari terorisme.
"Ini tidak boleh, maka itu penanganannya harus betul-betul, dan kita sudah setuju Jenderal Mattis tadi. Nah ini yang tadi kami bahas secara persaudaraan," ujarnya.
Di sisi lain, Menteri Pertahanan AS James Mattis mengatakan sangat menghormati hubungan baik yang terjalin antara AS dengan Indonesia.
Mattis mengungkapkan AS akan terus berkomitmen untuk membangun kerjasama di sektor ekonomi, diplomatik dan keamanan dengan Indonesia di kawasan Pasifik.
Selain itu, lanjut Mattis, AS dan Indonesia juga akan terus bekerjasama secara militer serta memastikan sistem hukum dan norma internasional bisa berjalan dengan baik.
"Salah satunya memastikan kebebasan navigasi dijunjung setiap negara," kata Mattis.
Mattis menuturkan, wilayah maritim Indonesia di wilayah Pasifik merupakan wilayah vital, sehingga, lanjutnya AS kan membantu Indonesia dalam mengelola kedaulatan atas wilayah di Laut China Selatan serta Laut Natuna Utara.
"Kami merencanakan bantuan itu dalam waktu dekat, kami harus bekerjasama," ujarnya.
Credit cnnindonesia.com