JENEWA
- Rezim Kim Jong-un yang berkuasa di Korea Utara (Korut) mengaku bangga
memiliki senjata nuklir yang kini mampu melawan dan membuat Amerika
Serikat (AS) frustrasi.
Pyongyang mengklaim senjatanya itu dapat melawan ancaman serangan nuklir Washington dan jadi alat pencegah perang yang efektif. Peringatan itu disampaikan Duta Besar Korut untuk PBB, Han Tae Song, dalam Konferensi Perlucutan Senjata di Jenewa, Swiss, pada hari Selasa.
”Jadi DPRK (Korea Utara) akhirnya datang untuk memiliki pencegah perang yang andal dan dapat diandalkan,” katanya kepada forum di Jenewa.
”Dengan bangga saya mengatakan bahwa kekuatan nuklir DPRK mampu membuat frustrasi dan melawan ancaman nuklir dari AS dan ini merupakan penangkal yang kuat yang mencegah AS memulai perang,” ujarnya.
Diplomat Korea Utara itu menegaskan bahwa Pyongyang tetap menjadi kekuatan nuklir yang bertanggung jawab. Artinya, Korea Utara tidak akan menggunakan senjata nuklirnya kecuali negara-negara asing melanggar kedaulatan atau kepentingannya.
Han menuduh AS mengerahkan aset militer di dekat negaranya dengan dalih memastikan keamanan Olimpiade Musim Dingin.
“Ini adalah tindakan berbahaya untuk melemparkan selimut basah ke atmosfer positif hubungan antar-Korea saat ini, yang bisa mendorong kembali ke fase konfrontasi yang ekstrem,” katanya, seperti dikutip express.co.uk, Rabu (24/1/2018).
Sebagai tanggapan, Duta Perlucutan Senjata AS Robert Wood mengatakan bahwa Washington tidak akan pernah mengakui negara komunis tersebut sebagai negara berkekuatan nuklir.
“Amerika Serikat tidak akan mengakui Korea Utara sebagai negara bersenjata nuklir,” ujar Wood.
”Jika Korea Utara ingin kembali dan berada dalam kesopanan dari masyarakat internasional, dia tahu apa yang harus dilakukan, dia harus mengambil langkah-langkah menuju denuklirisasi semenanjung Korea,” katanya.
Dalam sebuah pidato sebelumnya, pejabat pelucutan senjata PBB Izumi Nakamitsu menyambut baik peredaman ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan. Namun, dia meminta langkah lebih lanjut untuk menghapus senjata nuklir dari semenanjung yang telah terpecah itu.
Pyongyang mengklaim senjatanya itu dapat melawan ancaman serangan nuklir Washington dan jadi alat pencegah perang yang efektif. Peringatan itu disampaikan Duta Besar Korut untuk PBB, Han Tae Song, dalam Konferensi Perlucutan Senjata di Jenewa, Swiss, pada hari Selasa.
”Jadi DPRK (Korea Utara) akhirnya datang untuk memiliki pencegah perang yang andal dan dapat diandalkan,” katanya kepada forum di Jenewa.
”Dengan bangga saya mengatakan bahwa kekuatan nuklir DPRK mampu membuat frustrasi dan melawan ancaman nuklir dari AS dan ini merupakan penangkal yang kuat yang mencegah AS memulai perang,” ujarnya.
Diplomat Korea Utara itu menegaskan bahwa Pyongyang tetap menjadi kekuatan nuklir yang bertanggung jawab. Artinya, Korea Utara tidak akan menggunakan senjata nuklirnya kecuali negara-negara asing melanggar kedaulatan atau kepentingannya.
Han menuduh AS mengerahkan aset militer di dekat negaranya dengan dalih memastikan keamanan Olimpiade Musim Dingin.
“Ini adalah tindakan berbahaya untuk melemparkan selimut basah ke atmosfer positif hubungan antar-Korea saat ini, yang bisa mendorong kembali ke fase konfrontasi yang ekstrem,” katanya, seperti dikutip express.co.uk, Rabu (24/1/2018).
Sebagai tanggapan, Duta Perlucutan Senjata AS Robert Wood mengatakan bahwa Washington tidak akan pernah mengakui negara komunis tersebut sebagai negara berkekuatan nuklir.
“Amerika Serikat tidak akan mengakui Korea Utara sebagai negara bersenjata nuklir,” ujar Wood.
”Jika Korea Utara ingin kembali dan berada dalam kesopanan dari masyarakat internasional, dia tahu apa yang harus dilakukan, dia harus mengambil langkah-langkah menuju denuklirisasi semenanjung Korea,” katanya.
Dalam sebuah pidato sebelumnya, pejabat pelucutan senjata PBB Izumi Nakamitsu menyambut baik peredaman ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan. Namun, dia meminta langkah lebih lanjut untuk menghapus senjata nuklir dari semenanjung yang telah terpecah itu.
Credit sindonews.com