Rabu, 31 Januari 2018

Pentagon Disebut Sembunyikan Data Perang Afghanistan


Pentagon Disebut Sembunyikan Data Perang Afghanistan
Ilustrasi perang Afghanistan. (Reuters/Lucas Jackson)



Jakarta, CB -- Organisasi pengawas isu Afghanistan menyebut Pentagon membatasi rilis informasi kritis terkait kemajuan dalam perang di negara tersebut. Langkah itu dinilai mengganggu transparansi.

Selama bertahun-tahun, Special Inspector General for Afghanistan Reconstruction atau SIGAR telah mempublikasikan laporan triwulanan, termasuk data jumlah wilayah yang dikuasai Taliban atau pemerintah.

Dalam laporan yang dipublikasikan pada Senin (29/1), SIGAR menyatakan tidak diperbolehkan merilis informasi tersebut. Militer juga disebut merahasiakan jumlah pasukan dan laju penekanan yang dilakukan Pasukan Keamanan dan Pertahanan Nasional Afghanistan, untuk pertama kalinya sejak 2009.


"Implikasinya adalah saya pikir rata-rata warga Amerika yang membacara laporan-laporan kami, atau membaca artikel berita Anda soal ini, tidak mempunyai kemampuan yang berarti untuk menganalisis bagaimana uang mereka dihabiskan di Afghanistan," kata John Sopko, pemimpin organisasi tersebut, kepada Reuters.

Pentagon berupaya menepis tudingan terkait keputusan yang membatasi jumlah informasi publik seputar konflik 16 tahun alias perang terlama Amerika Serikat ini.

Kementerian Pertahanan menyatakan tidak meminta SIGAR untuk menahan data, tapi keputusan itu dibuat oleh koalisi misi dukungan NATO untuk Afghanistan.

Pentagon juga menyatakan tidak punya otoritas untuk melanggar klasifikasi yang dibuat koalisi NATO, yang dipimpin Jenderal AS John Nicholson.

"Departemen terus bekerja sama dengan SIGAR, Pasukan AS-Afghanistan, dan koalisi NATO untuk menyelesaikan kekhawatiran terkait pembatasan informasi yang sebelumnya tidak dirahasiakan," kata Letnan Kolonel Michael Andrews.

Sejumlah mantan pejabat dan para pakar mengatakan bahwa, terlepas dari siapa yang merahasiakan informasi, hal ini mengkhawatirkan karena pejabat Afghanistan dan AS sudah menetapkan standar publik yang sulit diukur.

Jenderal tertinggi AS di Afghanistan menargetkan untuk memukul mundur 80 persen Taliban dalam waktu dua tahun, per November lalu.

Dalam laporan terbarunya, SIGAR menyatakan 43 persen distrik Afghanistan berada dalam kendali Taliban atau masih diperebutkan.

Sopko mengatakan warga akan langsung mengambil kesimpulan bahwa informasi itu disembunyikan karena tidak ada kemajuan yang tercapai, meski mungkin kenyataannya tak seperti itu.




Credit  cnnindonesia.com