Ilustrasi. Jet tempur F/A-18 milik AS melakukan serangan udara yang menewaskan 150 pasukan ISIS. (Reuters/Kim Hong-Ji)
Klaim itu disampaikan oleh juru bicara koalisi, Kolonel Ryan Dillon, kepada CNN, Selasa (23/1). Serangan yang dilakukan pada Sabtu itu mengincar "markas besar serta pusat komando dan pengendalian ISIS."
Dia juga mengatakan serangan itu melibatkan informasi intelijen yang dikumpulkan lewat beragam intelijen koalisi dan kelompok bersenjata Pasukan Demokrasi Suriah (SDF) selama lebih dari satu pekan.
Pernyataan koalisi menyebut lokasi yang diserang "secara eksklusif" ditempati oleh pasukan ISIS dan terus dipantau sebelum dihantam. Karena itu, kecil kemungkinan jatuh korban sipil dalam serangan kali ini.
Dillon mengatakan serangan tersebut dilakukan di As Shafah, di pertengahan Lembah Sungai Euphrates, area di mana ISIS masih terus beroperasi.
Seorang pejabat militer AS menyatakan serangan itu dilakukan menggunakan jet tempur F/A-18 dan pesawat nirawak atau drone. Kapal induk USS Theodore Roosevelt kini tengah berada di Teluk untuk mendukung operasi melawan ISIS di Suriah.
"Tampaknya mereka tengah berkumpul untuk melakukan sebuah gerakan," kata Dillon, menyoroti jarangnya ISIS berkumpul dalam kelompok sebesar itu.
AS terus melakukan serangan udara terhadap ISIS di Suriah. (REUTERS/Hamad I Mohammed)
|
"Serangan tersebut menggarisbawahi penegasan kami bahwa pertempuran untuk membebasakan Suriah masih jauh dari berakhir," kata Mayor Jenderal James Jarrard, komandan Satuan Tugas Operasi Khusus Gabungan koalisi, menyusul serangan udara.
|
Jarrard menambahkan bahwa pasukan koalisi dan anggota SDF "masih mencari, mengincar dan membunuh niat ISIS mempertahankan kekuasaan ekstremisnya di kawasan."
"Kami tidak bisa meninggalkan fokus kami dari misi ini, dan tidak boleh kehilangan momentum dalam mengusir para teroris dari medan perang dan mencegah mereka kembali muncul di tempat lain."
Kapal
induk USS Theodore Roosevelt dikerahkan untuk membantu operasi di
Suriah. (U.S. Navy/Mass Communication Specialist 3rd Class Anthony N.
Hilkowski/Handout)
|
AS tidak mendukung pasukan Kurdi di Afrin tapi mendukung elemen Kurdi pada SDF yang beroperasi di Timur Laut Suriah. Turki memandang kedua kelompok berkaitan dengan separatis Kurdi yang sudah memberontak melawan Ankara selama beberapa dekade.
|
Sementara itu, secara terpisah, sejumlah pejabat AS menekankan bahwa ISIS masih menjadi ancaman. Seorang pejabat di antaranya menyebut operasi Turki di Afrin tidak berpengaruh pada operasi koalisi menumpas ISIS.
Dia menyatakan perbandingan pasukan dukungan AS yang bertempur melawan ISIS di Tengah Lembah Sungai Euphrates kurang lebih 80 persen Arab dan 20 persen Kurdi.
Pejabat itu juga mengatakan bahwa SDF yang beranggota 57 ribu orang sebagian besar beretnis Arab, dengan perbandingan 52-48 persen.
Credit cnnindonesia.com