Senin, 15 Agustus 2016
Terungkap, Dana Soros Memanipulasi Pemilu di Banyak Negara
WASHINGTON - Lebih dari 2.500 file dari beberapa organisasi yang dijalankan miliarder Yahudi, George Soros, telah dibocorkan kelompok hacker. Dari bocoran itu terungkap bahwa dana Soros digunakan untuk memanipuasi Pemilu di banyak negara, terutama di Eropa.
Bocoran dokumen itu diterbitkan oleh DC Leaks. Organisasi utama Soros yang jadi sasaran peretasan kelompok hacker adalah Open Society Foundation. Organisasi ini pernah jadi sorotan karena dituding sebagai donatur International Consortium for Investigative Journalists (ICIJ), sebuah konsorsium jurnalis yang membongkar skandal Panama Papers.
File-file yang dirilis dikelompokkan menjadi beberapa bagian seperti wilayah geografis, Bank Dunia dan Kantor Presiden. Menurut The Daily Caller, bocoran dokumen itu mencakup periode dari tahun 2008 sampai 2016.
DC Leaks mengklaim kebocoran dokumen pendanaan Soros sebagai karya aktivis Amerika yang ingin menyajikan kebenaran. “Tentang proses pengambilan keputusan AS serta tentang elemen kunci dari kehidupan politik Amerika,” bunyi pernyataan DC Leaks, yang dikutip Senin (15/8/2016).
Juru bicara Open Society Foundation, Laura Silber, mengatakan hacker DC Leaks sebelumnya merilis dokumen dari Open Society Foundation pada bulan Juni dan pelanggaran itu sudah dilaporkan ke FBI. Dia mengatakan bahwa penyelidikan oleh perusahaan keamanan menemukan intrusi terbatas ke sistem intranet yang digunakan oleh anggota dewan, staf dan mitra organisasi.
DC Leaks juga membocorkan dokumen e-mail dari mantan jenderal NATO; Philip Breedlove, yang menunjukkan dia mencoba untuk memprovokasi Presiden Obama agar memulai konflik melawan Rusia.
Breedlove mengaku kepada CNN pada bulan Juli lalu bahwa e-mail-nya telah diretas sebagai bagian dari operasi intelijen yang disponsori sebuah negara. Namun, dia tidak mengungkap negara yang dimaksud.
Meski demikian, para ahli keamanan AS menyalahkan hacker Rusia sebagai biang kebocoran dokumen itu. Tudingan ini, menurut Bloomberg merupakan reaksi yang sama ketika e-mail Komite Nasional Partai Demokrat (DNC) diretas dan dokumennya dibocorkan oleh WikiLeaks belum lama ini.
Credit Sindonews