Pada Parade Perang Dunia II, China
mengumumkan akan mengurangi tentara sebanyak 300 ribu, sebagai upaya
untuk menjaga perdamaian dan stabilitas regional. (Reuters/Damir Sagolj)
Dikutip dari New York Times, China saat ini memiliki lebih dari dua juta personel militer. Xi sendiri kini tengah berupaya mempercepat modernisasi angkatan bersenjata, yang akan menggeser anggaran untuk pasukan darat ke keperluan angkatan laut dan udara yang lebih maju dengan personil yang terlatih.
Pengumuman pemangkasan personel militer China ini terjadi di tengah ketegangan regional antara China dengan sejumlah negara di Asia, terkait sengketa teritorial di Laut China Selatan.
"Militer China setia berkomitmen menjalankan tugas suci yang membela keamanan tanah air dan kehidupan yang damai bagi rakyat, dan setia berkomitmen dalam tugas suci menjaga perdamaian dunia," kata Xi pada pidato pembukaan parade militer di pusat Beijing, dikutip dari New York Post.
"Saya mengumumkan bahwa China akan mengurangi jumlah personel militer sebanyak 300 ribu orang," kata Xi.
Meskipun mengumumkan mengurangi personel militer, China memamerkan berbagai persenjataan perang canggih dalam parade militer yang memperingati kemenangan China atas Jepang pada Perang Dunia II itu. Perdana Menteri Shinzo Abe menolak menghadiri parade tersebut.
Lebih dari 12 ribu tentara, sebagian besar tentara China dan sejumlah pasukan dari Rusia dan negara tetangga sekitar, mulai berbaris di jalan Changan Avenue, dipimpin oleh veteran Perang Dunia II yang mengendarai berbagai kendaraan.
Barisan tentara ini akan diikuti oleh pameran sejumlah rudal balistik, tank, dan kendaraan bersenjata, sebagian besar di antaranya belum pernah dilihat publik sebelumnya. Pesawat jet tempur juga dijadwalkan berakrobat pada parade tersebut.
Salah satu persenjataan militer China yang akan dipamerkan untuk pertama kalinya adalah rudal balistik anti-kapal, Dongfeng-21D, yang dilaporkan dapat menghancurkan sebuah kapal induk dengan sekali tembak.
Selain itu, terdapat sejumlah rudal balistik antar benua, seperti DF-5B, DF-31A dan rudal balistik jarak menengah DF-26, yang sering dijuluki "pembunuh Guam", merujuk pada pangkalan udara AS di Samudera Pasifik.
Bagi masyarakat China, parade ini merupakan pengalihan atas sejumlah kejadian dalam negeri, seperti pasar saham yang terjun bebas di China, perlambatan ekonomi dan ledakan gudang kimia di Pelabuhan Tianjin yang menewaskan sedikitnya 160 orang.
Xi bergabung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin beberapa negara lainnya memiliki hubungan dekat dengan China, termasuk Presiden Sudan Omar Hassan al-Bashir, yang tengah dicari Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) karena kejahatan perang.
Sebagian besar pemimpin Barat yang diundang menolak untuk menghadiri parade tersebut, untuk menghindari kesan mendukung pengaruh militer China di wilayah Laut China Selatan yang bersengketa dengan sejumlah negara.
Pemerintah China berulang kali menyatakan parade militer ini tidak ditujukan untuk menekan Jepang, tetapi untuk mengingat perjuangan bangsa China pada masa lalu
"Adapun pandangan bahwa China bermaksud menghasut untuk dan menanamkan rasa takut pada parade ini, adalah omong kosong karena China selalu menyelesaikan sengketa secara damai," bunyi laporan kantor Xinhua.
Credit CNN Indonesia