Rabu, 12 Agustus 2015

RI-Malaysia Akan Kembali Bahas Sengketa Batas Maritim


RI-Malaysia Akan Kembali Bahas Sengketa Batas Maritim 
 Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, pemerintah Indonesia tak pernah putus asa dan selalu mencari jalan keluar guna memperjuangkan nasib perairan Ambalat agar tetap berada dalam wilayah NKRI. (Ilustrasi/CNN Indonesia/Fajrian)
 
 
Jakarta, CB -- Indonesia dan Malaysia akan kembali mengadakan pertemuan untuk membahas upaya mempercepat penyelesaian batas maritim kedua negara. Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menilai perbedaan klaim batas wilayah maritim antar Indonesia dan Malaysia menyebabkan berbagai konflik, termasuk konflik di perairan Ambalat.

"(Pertemuan itu akan membahas) upaya mempercepat penyelesaian batas maritim Indonesia-Malaysia," kata Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi ketika dihubungi CNN Indonesia, Selasa (11/8).

Pada Hari Jadi ASEAN yang ke-48, Senin (10/8), Retno memaparkan bahwa pertemuan tersebut merupakan pertemuan tingkat utusan khusus kedua negara. Dari Indonesia, utusan khusus tersebut adalah Duta Besar Eddy Pratomo yang ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo pada Juni lalu. Sementara, Malaysia akan diwakili utusan khusus Perdana Menteri, Tan Sri Mohd Radzi Abdul Rahman. 
"Pada saat saya bertemu dengan Menteri Luar Negeri Malaysia di Kuala Lumpur kemarin, saya sudah sampaikan bahwa Indonesia sudah menunjuk utusan khusus, Malaysia sudah menunjuk utusan khusus, dan kita siap untuk segera memulai pertemuan pada tingkat utusan khusus pada bulan Agustus ini," kata Retno, Senin (10/8). 


Retno menjelaskan, pemerintah Indonesia tak pernah putus asa dan selalu mencari jalan keluar guna memperjuangkan nasib perairan Ambalat agar tetap berada dalam wilayah NKRI. Negosiasi yang sudah dilakukan sebanyak 28 kali pun, diyakini tak dijadikan alasan menyudahi diplomasi antarnegara.

Serangkaian masalah akibat sengketa perbatasan di perairan Ambalat dimulai pada 21 Februari 2005, selanjutnya pada 8 April 2005. Untuk mencegah kontak senjata antara armada tempur dua negara di perairan sekitar Ambalat, Panglima TNI pada 21 April 2005 menerbitkan surat keputusan yang menyatakan TNI AL hanya boleh melepaskan tembakan jika Malaysia lebih dulu menembak mereka.

Tahun berganti, ketegangan tak jua surut. Pada 24 Februari 2007, kapal perang KD Budiman milik Malaysia memasuki perairan Indonesia hingga satu mil laut sekitar pukul 10.00 WITA. Kedua kapal perang Malaysia itu kemudian diusir keluar dari perairan Indonesia oleh kapal perang RI, KRI Welang.

Sengketa perbatasan di perairan Ambalat memang belum berakhir. Hingga kini, sengkete Ambalat belum menemui titik damai. TNI meminta pemerintah RI untuk kembali melayangkan protes diplomatik ke Malaysia karena militer Malaysia melakukan sembilan kali pelanggaran sepanjang tahun ini di Ambalat.


Credit  CNN Indonesia