Terletak di atas bukit yang berada di Lembang tepatnya di Desa Mekar Wangi, Bandung Barat, PT Technology and Engineering Simulation (TES) berhasil menciptakan berbagai simulator untuk kendaraan militer. Seperti simulator pesawat, kendaraan tempur, maupun helikopter.
"Dari komponen sampai doktrin militer semua kita bangun sendiri. Kita semua kerjakan di sini," ungkap Direktur Utama TES Muhammad Mulia Tirtosudiro saat ditemui di kantornya, Kamis (9/4/2015).
Industri pertahanan milik TES ini tak bisa dibilang kecil. Mulia mendirikan sebuah kawasan di atas bukit 6 hektar untuk menghasilkan simulator-simulator yang berguna bagi dunia militer. Simulator yang telah berhasil dibuat oleh perusahaan ini seperti fight full mission simulator.
Simulator dibuat sedemikian rupa agar dapat merepresentasikan bentuk pesawat ataupun kendaraan militer. Dengan demikian pilot tidak harus selalu terbang saat latihan. Komponen dari FMS terdiri dari software seperti navigasi radio, visual database, termasuk intruktur sistem operasi pesawat.
Mulai dari perancangan hingga pembangunan simulator dilakukan di kawasan PT TES. Simulator juga dilengkapi dengan sistem motion sehingga siapapun yang menggunakan simulator tersebut akan merasakan seperti benar-benar sedang menerbangkan pesawat.
Menurut Mulia yang merupakan jebolan PT Dirgantara Indonesia itu, TES sudah berdiri sejak 2004. Pasalnya masuk dalam industri pertahanan dalam negeri tidaklah mudah
"Kita nggak bisa langsung jual di Indonesia, bangsa kita sudah terbiasa lihat barang luar, karena barang bule dianggapnya keren. Yg lokal susah diapresiasi. Awal-awal kita menjual product kita ke Kemhan untuk TNI lewat Taipei-taipei dulu lah, nggak langsung atas nama kita. Nggak apa-apa, yang penting bisa menunjukkan kemampuan kami dulu," jelas Mulia.
Di tahun 2007, TES di bawah sub-contract berhasil mengerjakan upgrade Fighter FMS untuk militer Pesawat Hawk Malaysia. Setelah itu barulah kemudian pemerintah melirik hasil karya TES untuk digunakan bagi militer Indonesia.
"Saya ingin berterima kasih kepada pemerintah sejak era Pak SBY dan berlanjut ke pak Jokowi, Kemenhan memberikan dorongan terhadap industri pertahanan lokal. Ada UU nya kan kalau produk bisa dibuat di dalam negeri itu bisa dibuat oleh industri lokal. Itu kami rasakan," ucap Mulia.
"Untuk Malaysia kita upgrade simulator Hawk di Penang, perbaikan simulator CN-235 di Kuching, dan meneruskan design dan manufacturing simulator Tank ACV 300 Tank, ada 1 set 5 buah di Kuantan," jelas Project Engineer TES M Taufik Tirtosudiro di lokasi yang sama.
Untuk dalam negeri sendiri, TES telah mengupgrade simulator Pesawat Hawk TNI AU yang ada di Pekanbaru. Selain itu, TES bekerja sama dengan perusahan lain membantu pembuatan software, visual, dan audio untuk Helikopter Super Puma TNI AU di Bogor. Selain itu, TNI AD kini menggunakan simulator Heli Bell bagi Pusat pendidikan Penerbad di Semarang.
"Kita sekarang sedang garap simulator untuk (pesawat tempur) F-16 dan Penjajakan local content untuk Sukhoi," tutur Taufik.
Untuk TNI AL, TES juga sedang mengerjakan simulator bagi pesawat anti kapal selam. Di luar simulator, di bawah payung Technology and Engineering System, perusahaan ini banyak memberikan sumbangsih kepada negara.
TES telah melakukan upgrade hampir di semua early warning radar di Indonesia dari yang sebelumnya hanya analog, kini sudah beralih ke digital. Itu sesuai dengan perkembangan doktrin militer TNI. Di luar bidang militer, TES melakukan rehabilitasi terhadap instrumen pembangkit listrik milik PLN yang sudah tua agar bisa berumur lebih panjang lagi.
Credit Detiknews