Jumat, 10 April 2015

Kemenhan Dukung PT TES Pasok Kebutuhan Industri Pertahanan Dalam Negeri


  
Perwakilan atase pertahanan mencoba simulator pesawat terbang dengan visual data di Lanud Halim Perdanakusuma.
Perwakilan atase pertahanan mencoba simulator pesawat terbang dengan visual data di Lanud Halim Perdanakusuma.

CB , JAKARTA -- PT Technology and Engineering Simulation (TES) di Lembang, Bandung, sanggup membuat simulator beberapa alutsista, termasuk kendaraan tempur (ranpur) dan pesawat tempur. Kementerian Pertahanan (Kemenhan) megapresiasi kemampuan PT TES yang sanggup membuat simulator canggih, yang bisa bersaing dengan perusahaan luar negeri.

Kasubdit Athan Direktorat Kerjasama Internasional Kemenhan Kolonel Iskandar menyatakan, pemerintah mendukung penuh berkembangnya perusahaan swasta yang sanggup menyediakan produk alutsista dalam negeri. Salah satu langkah konkret yang dilakukan Kemenhan adalah ikut mempromosikan produk lokal dengan mengajak 27 orang atase pertahanan dari 25 negara untuk berkunjung ke kantor PT PES.

Menurut Iskandar, langkah itu ditujukan agar perkembangan perusahaan alutsista swasta bisa lebih maju. Apalagi, berdasarkan UU Industri Pertahanan, setiap komponen alutsista yang sudah bisa dibuat di Indonesia, wajib dibeli TNI. Pun kalau memiliki kualitas bagus, pihaknya juga turut mempromosikan agar negara tetangga bisa memahami bahwa Indonesia sudah bisa menciptakan produk simulator canggih.

"Kita berpatokan pada aturan pemerintah mengutamakan produksi dalam negeri. Peluang kita lebih bagus lagi," kata Iskandar kepada wartawan, kemarin. "Ini kesempatan kita untuk memperkenalkan industri kita. Termasuk kerjasama."

Iskandar melanjutkan, salah satu kendala mengapa perusahaan dalam negeri kurang bisa bersaing bukan karena produk yang dihasilkan, melainkan lebih kepada pengenalan kepada user. Karena itu, Kemenhan terus berupaya agar produk yang dikeluarkan PT TES dapat digunakan TNI maupun militer negara lain.
Pasalnya, kalau industri pertahanan Indonesia maju, hal itu juga ikut memberikan sumbangsih kemajuan ekonomi negara. "Keunggulan dari skill perorangan bagus. Kurang promosi dan pemasaran. Step by Step buka hubungan kunjungan," ujar Iskandar.

Hingga kini, pencapaian PT TES memang sungguh menakjubkan. Selain sudah menjalin kerjasama dengan beberapa militer di luar negeri, produk perusahaan yang berdiri sejak 2004 tersebut juga digunakan TNI. Di antaranya meningkatkan kemampuan simulator pesawat Hawk/100-200 TNI AU di Pekanbaru, helikopter Super Puma NAS 332 TNI AU di Lanud Atang Sendjaja, dan simulator helikopter Bell 412 Pusat Penerbangan TNI AD (Penerbad) di Semarang, serta pesawat CN235 yang dikirim ke Korea Selatan.

Tidak hanya itu, simulator Fight FMS (Full Mission Simulator), simulator multiranpur yang bisa digunakan untuk tank FV101 Scorpion, AMX 13, dan panser Anoa. Kita, PT PES juga mengerjakan simulator pesawat tempur F-16 dan menjajaki pembuatan konten lokal untuk pesawat Sukhoi.
Business Development Manager PT TES Iqbal Tirtosudiro menyatakan, perusahaannya ikut terlibat dalam pengingkatan kemampuan sistem deteksi dini radar di Indonesia. Dari yang semula masih memakai teknologi analog kini sudah didigitalisasi.
Dalam meningkatkan kemampuan radar, tentu saja pihaknya harus berkonsultasi dengan pengguna agar memiliki visi sama. "Itu sesuai dengan perkembangan doktrin militer TNI," ujar Iqbal.
PT PES juga ikut terlibat dalam pemasangan air traffic control (ATC) di bandara di Timor Leste. Kepercayaan itu didapat setelah pengelola bandara Timor Leste mengakui bahwa produk PT TES memiliki kualitas dunia, namun harga yang ditawarkan sangat bersaing.
Di luar bidang militer, PT TES melakukan rehabilitasi terhadap instrumen pembangkit milik PLN yang sudah tidak diproduksi perusahaan asalnya. Tujuannya agar pembangkit itu bisa lebih berdaya dan berumur lebih panjang.



Credit  REPUBLIKA.CO.ID


Atase Pertahanan asing kagumi simulator alutsista Indonesia


Atase Pertahanan asing kagumi simulator alutsista Indonesia
ilustrasi Helikopter Tempur TNI AD Helikopter tempur Mabes TNI AD jenis Bell dilengkapi dua senjata mini terbang rendah di sekitar Komando Latihan (kolat) Bandara Kasiguncu, Poso Pesisir, Poso, Sulawesi Tengah, Minggu (29/3). (ANTARA FOTO/Zainuddin MN) ()
 
 
Jakarta (CB) - Sebanyak 25 Atase Pertahanan dari luar negeri mengunjungi ke kawasan industri pertahanan, PT Technologi and Engineering Simulation (TES), bahkan mereka pun merasa kagum dengan simulator yang dibuat oleh orang Indonesia itu.

Kunjungan Atase Pertahanan dari 25 negara ke PT TES, pembuat simulator pesawat tempur, helikopter dan kendaraan tempur difasilitasi oleh Kementerian Pertahanan yang sedang berusaha membesarkan industri alat pertahanan dalam negeri, salah satunya PT TES yang berlokasi di Desa Mekarwangi, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis.

"Kita berpatokan pada aturan pemerintah mengutamakan produksi dalam negeri. Peluang kita lebih bagus lagi. Dari Malaysia sudah beli simulator ini. Keunggulan dari skill perorangan bagus. Kurang promosi dan pemasaran. Makanya step by step buka hubungan kunjungan," Kasubdit Athan Direktorat Kerja Sama Internasional Kemhan, Kolonel (Kav) Iskandar.

Salah satu atase pertahanan yang cukup tertarik dengan simulator TES adalah atase pertahanan Meksiko Brigadir Jenderal Alexandro Iturria. Ia berharap kerja sama antara Indonesia dengan Meksiko bisa terjalin dalam hal simulator ini.

"Tentu saja sangat tertarik, terutama flight simulatornya. Saya akan melaporkan ke negara saya, tapi untuk keputusan (membeli) saya tidak tahu. Saya hanya memberikan laporan. Yang jelas kita bisa menjalin kerja sama," tutur Iturria.

Hal senada diungkapkan oleh atase pertahanan Singapura Col Lawrance The Yew Kiat yang optimis bisa bekerja sama dengan PT TES, baik G to G (goverment to goverment), ataupun B to B (business to business).

"Respon dari perwakilan-perwakilan atase pertahanan yang hadir, tak hanya negara Asia, tapi perwakilan negara Eropa sangat positif. Kita berharap hubungan antara bisnis ke bisnis antara Indonesia dan negara yang hadir bisa baik. Singapura juga optimis bisa meningkatkan kerja sama yang lebih dalam bidang pertahanan dengan Indonesia," paparnya.

Meski menyambut positif, tidak semua negara bisa dengan mudah melakukan kerja sama dengan Indonesia, seperti negara Jerman yang menurut atasenya tidak dengan mudah bisa saling bekerja sama dalam hal teknologi militer.

"Saya tidak bisa ungkapkan, tapi mungkin kita bisa saling sharing. Kami punya expert di negara kami, mungkin bisa sharing pengalaman dengan Indonesia," kata atase pertahanan Jerman Colonel Joachim Sproll.

Sebelum mengunjungi tempat workshop pembuatan simulator, para atase mendapat pemaparan dari Direktur Utama PT TES M. Mulia Tirtusudiro. Saat berkeliling, atase-atase melihat perancangan simulator Fight FMS (Full Mission Simulator), simulator helikopter, dan juga simulator tank.

"Perusahaan kami merupakan perusahaan simulator terbesar di Indonesia. Pekerjaan kami based on project. Saya sebelumnya 20 tahun lebih di PT Dirgantara Indonesia (dulu IPTN). Pak Habibie mengajarkan kami mengenai teknologi dan kami berpikir teknologi harus tumbuh di Indonesia," jelas Mulia kepada para atase.

Dari berbagai simulator yang disaksikan perancangannya, atase-atase ini paling tertarik melihat simulator Xtra 330 untuk pesawat aerobatic. Salah satu staf staf TES, Handy, menunjukkan demo simulator dengan visual Bandara Halim Perdanakusuma.

"Kemhan sangat dukung kita ambil contoh event ini. Sering bawa kami ke luar negeri untuk buka stand di pameran, terakhir di Brunei."Kita juga sering ikut pameran Indo Defense. Setelah itu ikut rentetan company dengan Perancis, Inggris, Amerika. Business to business. Di mata mereka orang Indonesia sudah bisa," ujar Business Development Manager PT TES, M Iqbal pada kesempatan yang sama.

Tentara Jerman dan Swedia telah mencoba simulator dan menyatakan kekagumannya.

"Dari situ kita menjajakan kerja sama. Swedia, Perancis dan Amerika. Kerja sama on project based, kalau ada project kita support. Pertama soal visual data based. Taiwan negosiasi untuk simulator helikopter dan tank multi-ranpur," ucapnya.

Credit  ANTARA News