Jumat, 07 Oktober 2016

AS 'mengutuk keras' Israel yang akan membangun pemukiman baru di Tepi Barat


  
Israel bersikeras bahwa mereka hanya menyetujui pembangunan kurang dari 100 rumah. 
 
Amerika Serikat "mengutuk keras" Israel yang menyetujui rencana pembangunan pemukiman baru di Tepi Barat.
Gedung Putih dan Kementerian luar negeri AS mengatakan rencana pembangunan kembali 300 rumah baru dan zona industri di Tepi Barat dapat menciderai prospek penyelesaian solusi dua-negara dalam konflik Israel-Palestina.
Tetapi Israel bersikeras bahwa mereka hanya menyetujui pembangunan kurang dari 100 rumah.
Kementerian luar negeri negara Israel mengatakan rumah baru akan dibangun di wilayah pemukiman yang sudah ada.
    Sekitar 570,000 warga Israel tinggal di lebih dari 100 pemukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang dibangun sejak pendudukan Israel pada 1967.
    Pemukiman ini dianggap ilegal berdasarkan hukum internasional, walaupun Israel menolak anggapan itu.
    "Tindakan pemerintah Israel yang menyetujui rencana pembangunan ini melemahkan upaya perdamaian," kata juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest.
    Sementara, juru bicara Departemen luar negeri AS Mark Toner mengatakan pemukiman baru itu "sangat menganggu" upaya perdamaian yang terus diupayakan.
    Pengumuman rencana pembangunan pemukiman baru itu terjadi setelah kunjungan Presiden Barack Obama ke Yerusalem pekan lalu saat pemakaman mantan presiden Israel Shimon Peres.
    Palestina menginginkan pendirian negaranya di wilayah Tepi Barat dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya.




    Credit  BBC


    AS Sebut Israel Berkhianat karena Perluas Permukiman Yahudi


    AS Sebut Israel Berkhianat karena Perluas Permukiman Yahudi 
     Ilustrasi permukiman Yahudi di Tepi Barat. (Reuters/Ronen Zvulun)
     
    Jakarta, CB -- Pemerintah Amerika Serikat menuding Israel telah mengkhianati kepercayaan mereka dengan kembali membangun permukiman Yahudi di Tepi Barat. Tindakan Israel ini dianggap mengancam keamanan dan membuat perundingan damai kian jauh dari kenyataan.

    Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest pada Rabu (5/9) mengatakan bahwa pembangunan permukiman yang terdiri dari 300 unit rumah tersebut terletak jauh ke dalam Tepi Barat, hampir mendekati Yordania ketimbang merapat ke wilayah Israel.

    Padahal, lanjut Earnest, sebelumnya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berjanji tidak akan mengambil langkah tersebut. Tindakan Israel kali ini dianggap merupakan pengkhianatan terhadap janji mereka sendiri.

    "Kami telah menerima jaminan dari Israel yang bertolak belakang dengan langkah mereka kali ini," ujar Earnest, dikutip AFP.

    Komentar Gedung Putih kali ini dianggap salah satu yang terkeras terhadap Israel. Pengumuman pembangunan permukiman ini dilakukan selang beberapa hari setelah Presiden Barack Obama menyetujui rencana paket bantuan militer AS untuk Israel sebesar US$38 miliar.

    Pembangunan permukiman Yahudi adalah salah satu biang keladi mandeknya perdamaian Israel-Palestina yang berlandaskan solusi dua-negara. Pada April tahun 2014, Netanyahu mencabut moratorium pembangunan permukiman yang membuat AS berang dan perundingan damai terhenti.

    Israel berdalih pembangunan kali ini bukanlah permukiman baru, melainkan bagian dari perluasan Shilo, proyek perumahan pemukim Yahudi yang terletak antara Ramallah dan Nablus, Tepi Barat.

    "Permukiman ini akan dibangun di tanah negara di permukiman Shilo dan tidak akan mengubah batas atau jejak geografis," ujar pernyataan Kemlu Israel.

    Pembangunan permukiman yang mencaplok wilayah Tepi Barat oleh dianggap ilegal dan pelanggaran hukum internasional. Juru bicara Kemlu AS Mark Toner menegaskan Israel harus memilih antara solusi dua-negara dengan Palestina atau memperluas permukiman.

    "Membangun permukiman kali ini adalah langkah lain dalam membentuk satu-negara dengan pendudukan secara terus menerus yang secara fundamental tidak konsisten dengan masa depan Israel sebagai negara Yahudi dan demokrasi," ujar Toner.




    Credit  CNN Indonesia