lustrasi penembakan. (Thinkstock/Ismagilov)
Letusan membuat siang di lingkungan permukiman Ozone Park menjadi riuh. Sang imam dan rekannya pun langsung dilarikan ke Jamaica Hospital Medical Center. Tapi nyawa mereka tak bisa diselamatkan. Menurut Andrew Rubin juru bicara rumah sakit, keduanya mengembuskan napas terakhir saat prosedur penyelamatan sedang dilakukan.
Polisi mengatakan, seperti dikutip dari Reuters, peristiwa itu terjadi pukul 13.50 waktu setempat. Mereka ditembak dari jarak dekat. Saat itu keduanya mengenakan busana religi. Tapi kepolisian menolak menyebut itu ada kaitannya. Hingga kini belum ada tersangka ditangkap.
Polisi hanya mendeskripsikan tersangka sebagai seseorang berkulit tidak terlalu putih dan tidak terlalu gelap, mengenakan celana pendek dan kaus polo berwarna gelap. Saksi mata mengungkapkan, tersangka melarikan diri masih dengan senjatanya.
Tiffany Phillips, juru bicara NYPD mengatakan, motif penembakan belum bisa diketahui dengan jelas. Belum bisa disimpulkan apakah kedua imam itu menjadi korban karena agama yang diyakini.
"Tidak ada bukti dari investigasi awal yang menunjukkan bahwa mereka menjadi target karena keyakinan mereka," Sautner menegaskan. Masjid Al-Furqan sendiri melayani termasuk komunitas Muslim dari imigran Bangladesh.
Akonjee selama ini dikenal sebagai sosok yang cinta damai. Ia sangat dikenal, dihormati, serta dicintai banyak orang di Ozone Park, tempat komunitas Muslim terbesar bermukim di Queens.
"Dia bahkan tidak melukai lalat. Anda melihatnya turun dan bisa melihat kedamaian yang dia bawa," kata Rahi Majid (26) keponakan Akonjee.
Mengenang Akonjee dan rekannya, orang-orang berkumpul di sekitar TKP. Sebuah video yang diunggah ke YouTube menunjukkan mereka menyebut peristiwa itu kejahatan yang dilandasi kebencian, meski polisi belum memastikannya.
Di satu sisi, peristiwa itu juga terasa meneror. Millat Uddin, seorang penduduk mengatakan, "Kami merasa sangat tidak aman pada saat-saat seperti ini. Kejadian ini sangat mengancam kami, mengancam masa depan, mengancam pergerakan kami di lingkungan. Kami hanya mencari keadilan."
Uddin layak khawatir, seperti halnya Shahin Chowdhury pekerja di Masjid Al-Furqan. Belakangan, ia mengatakan seperti dikutip dari Washington Post, aura kebencian sangat terasa di masjid itu. Orang-orang melewatinya sembari bersumpah-serapah, menebarkan kata kasar.
Chowdhury sudah mengimbau komunitas masjid untuk berhati-hati berjalan di sekitar lokasi, apalagi jika mereka mengenakan busana tradisional.
Credit CNN Indonesia