Indonesia menawarkan pesawat produksi PT Dirgantara Indonesia, N219, kepada pemerintah Laos. (Antara Foto/Novrian Arbi)
"Pesawat yang ditawarkan Menlu kepada Laos salah satunya adalah N219 yang merupakan light transportation aircraft yang bisa menampung 19 orang," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, dalam jumpa pers di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (28/1).
Saat pesawat N219 rampung dirakit pada 2011 lalu, Head of Structure Design PT Dirgantara Indonesia, Budi Sampurno, mengatakan bahwa armada tersebut akan dibanderol seharga US$4 juta.
"Ini upaya kita untuk menawarkan. Tentunya mereka akan mempelajari hal ini. Mereka mengetahui produk ini berasal dari Indonesia. Tidak spesifik berapa jumlahnya. Kami harap mereka membeli," tutur Arrmanatha.
Dalam lawatan ke Laos ini, Retno mengadakan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Laos, Thongloun Sisoulith. Selain itu, Retno juga melakukan kunjungan kehormatan ke Perdana Menteri Laos, Thongsing Tammavong.
Selain menawarkan pesawat produksi Indonesia, Retno juga membahas masalah kerja sama ekonomi, perlindungan buruh migran, dan people to people contact.
Indonesia dan Laos telah menjalin hubungan diplomatik sejak 30 Agustus 1957.
Investasi Indonesia di Laos pada tahun 2014 mencapai US$1,1 juta. Di tahun yang sama, total perdagangan antara Laos dan Indonesia mencapai US$55,8 juta.
Komoditi ekspor utama Indonesia ke Laos di antaranya adalah alat-alat serta aksesoris kendaraan, elektronik, dan pakaian jadi. Sementara itu, impor Indonesia dari Laos mencakup tembakau, kopi, essential oils, kalsium dan aluminium.
Credit CNN Indonesia