Jumat, 22 Januari 2016

Inggris Didesak Lawan Putin dan Usir Semua Intelijen Rusia


Inggris Didesak Lawan Putin dan Usir Semua Intelijen Rusia
Eks agen FSB, Alexander Litvinenko yang tewas diduga dibunuh atas perintah Presiden Vladimir Putin. | (Business Insider)

LONDON - Laporan penyelidikan soal kematian mantan agen FSB (sebelumnya KGB) Rusia, Alexander Litvinenko di Inggris yang menyalahkan Presiden Vladimir Putin telah membuat hubungan Moskow dan London tegang. Inggris didesak melawan Putin dan mengusir semua intelijen Rusia yang ada di London.


Desakan itu disuarakan janda Litvinenko, Marina Litvinenko, kepada Perdana Menteri Inggris, David Cameron. Kasus kematian “pembangkang” Rusia itu telah menjadi babak baru perseteruan Rusia dan Inggris setelah sebelumnya kedua negara terlibat ketegangan terkait krisis Ukraina.

Marina menyerukan Cameron menjatuhkan sanksi terhadap Putin, karena hasil penyelidikan mengungkap bahwa Putin diduga kuat menyetujui pembunuhan Litvinenko di sebuah hotel di Inggris. Mantan agen FSB itu, menurut hasil penyelidikan, tewas akibat diracun mata-mata Rusia atas perintah Kepala Badan Intelijen Rusia (FSB), Nikolai Patrushev, dan pihak Kremlin.


Saya menyerukan segera untuk mengusir semua operasi intelijen Rusia dari Inggris, apakah dari FSB atau lembaga lain Rusia yang berbasis di Kedutaan Besar-nya di London,” kata Marina.

Saya juga menyerukan penjatuhan sanksi ekonomi yang menargetkan dan melarang perjalanan terhadap individu-individu yang terkait, termasuk Patrushev dan Putin. Ini tidak terpikirkan bahwa Perdana Menteri (David Cameron) akan melakukan sesuatu dalam menindaklanjuti temuan memberatkan (dari ketua penyelidikan) Sir Robert Owen,” lanjut Marina Litvinenko, seperti dikutip dari IB Times, Jumat (22/1/2016).


Alexander Litvinenko, mantan agen FSB yang telah menerima suaka di Inggris usai membangkang dari Rusia, meninggal setelah diracun dengan polonium-210 di London pada bulan November 2006. Pengacara Marina Litvinenko, Ben Emmerson, mengatakan dalam konferensi pers bahwa akibat radioaktivitas tinggi dari zat yang digunakan, kesehatan dan keamanan masyarakat juga terancam oleh si pembunuh Litvinenko.

Ada lebih dari 100 individu yang berpotensi terkontaminasi dan 200 situs di London di mana jejak kontaminasi yang ditemukan ini merupakan masalah kesehatan masyarakat; masalah bahaya di jalan-jalan,” katanya.

Ini akan mengejutkan jika Perdana Menteri (David Cameron), yang membanggakan dirinya dengan menjaga jalan-jalan London aman dari terorisme, akan duduk berpangku tangan dalam menghadapi temuan yudisial, bukan hanya terorisme nuklir, tetapi terorisme nuklir yang disponsori negara (Rusia),” kata Emmerson.


Rusia telah bereaksi keras terhadap hasil penyelidikan yang menyudutkan Presiden Putin itu. Duta besar Rusia untuk Inggris, Alexander Yakovenko, yang telah dipanggil Kementerian Luar Negeri Inggris, mengatakan laporan penyelidikan itu akan merusak hubungan bilateral Inggris dan Rusia.

”Provokasi kotor Pemerintah Inggris ini tidak bisa tidak merusak hubungan bilateral kami,” katanya. ”Kami menganggap kasus Litvinenko dan bagaimana penyelidikan kasus itu ditutup adalah sebuah bentuk provokasi yang mencolok oleh Pemerintah Inggris,” katanya lagi.

”Ini benar-benar tidak dapat diterima bahwa negara kami, Rusia, diduga terlibat dalam kematian Litvinenko,” tegasnya.





Credit  Sindonews