Jumat, 29 Januari 2016

Korut Diduga Bersiap untuk Peluncuran Ruang Angkasa


Korut Diduga Bersiap untuk Peluncuran Ruang Angkasa  
Amerika Serikat melihat peningkatan aktivitas di sekitar situs rudal Korea Utara, menunjukkan persiapan untuk peluncuran ruang dalam waktu dekat. (Reuters/Airbus Defense & Space and 38 North/Handout)
 
Jakarta, CB -- Amerika Serikat melihat peningkatan aktivitas di sekitar situs rudal Korea Utara, menunjukkan persiapan untuk peluncuran ruang dalam waktu dekat.

Temuan itu terungkap di tengah kekhawatiran Washington bahwa Pyongyang bisa menggunakan teknologi ruang angkasa untuk meningkatkan kemampuan rudal. Sementara, para anggota Dewan Keamanan PBB juga tengah membahas sanksi baru terhadap Korea Utara setelah melakukan uji coba nuklir keempat pada 6 Januari 2016.

Para pejabat AS mengutip intelijen bahwa terdapat pergerakan sejumlah komponen dan bahan bakar di fasilitas peluncuran satelit Sohae di Korea Utara. Uji coba peluncuran ruang ini bisa saja terjadi dalam beberapa pekan ke depan.

"Kekhawatiran kami adalah ini merupakan teknologi yang sama untuk mengembangkan ICBM (rudal balistik antar benua)," ujar salah satu pejabat AS yang tak dipublikasikan namanya, dikutip dari Reuters, Kamis (28/1).

"Kami terus mengawasi sejumlah kegiatan Korea Utara ini. Kami mengamatinya 24 jam, 7 hari sepekan," kata seorang pejabat AS lainnya.

Joe Bermudez, kepala penyidik di perusahaan intelijen komersial Analisis AllSource, menyatakan citra satelit menunjukkan peningkatan aktivitas di Sohae, yang berlokasi di wilayah barat laut Korea Utara.

Bermudez memaparkan bahwa pergerakan kendaraan, konstruksi dan kegiatan lain menunjukkan persiapan untuk menguji coba mesin roket dalam waktu dekat. Sejumlah aktivitas lainnya juga terjadi di landasan peluncuran. Meski demikian, tidak jelas apakah sebuah roket sudah dikirimkan ke situs tersebut.

Korea Utara berupaya menyembunyikan sejumlah kegiatan di dalam fasilitas tersebut, melalui pembangunan sejumlah gedung baru dan mengaburkan pandangan satelit dari menara di sebelah landasan peluncuran.

"Ini adalah analisis pertama yang menunjukkan peluncuran ruang angkasa," kata Stephen Wood, CEO AllSource.

Sementara, analisis yang dilakukan oleh 38 North, proyek pemantauan Korea Utara di Johns Hopkins University School of Advanced International Studies, menyatakan bahwa penutup di dekat menara bisa jadi menyembunyikan sebuah roket, sementara sebuah tempat penampungan dipindahkan sehingga berdekatan dengan tempat uji coba mesin.

Tempat penampungan tersebut bisa saja digunakan untuk menyimpan roket yang sudah dirakit dan akan dipindahkan ke menara yang tidak terlihat dengan jelas karena gelap. Tempat penampungan itu cukup besar untuk menyembunyikan rudal balistik jarak menengah Korut, Masudan, atau kendaraan untuk peluncuran ruang angkasa, Unha, atau sebuah mesin roket yang baru.

Analisis menyatakan gambar satelit komersial, yang diambil pada periode 28 Desember-25 Januari, menunjukkan "kegiatan tingkat rendah" di seluruh Fasilitas Peluncuran Roket di Sohae.

Terakhir kali Korut meluncurkan roket jarak jauh terjadi pada akhir 2012. Saat itu, Korut mengirimkan sebuah objek yang diklaim sebagai satelit komunikasi ke orbit. Para pakar asal Barat maupun Asia menyatakan itu merupakan bagian dari upaya membangun ICBM.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan, Kim Min-seok menolak mengomentari kemungkinan kegiatan pra-peluncuran oleh Korea Utara, mengutip kebijakan untuk tidak membahas sejumlah masalah intelijen.

Korea Utara hingga kini belum merilis peringatan tentang kemungkinan terjadinya ganguan navigasi, jika negara ini melakukan peluncuran ruang angkasa. namun Korut memang terkenal kerap tidak merilis peringatan.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry selama perjalanan ke China pekan ini memperingatkan bahwa pemimpin Korut, Kim Jong Un berniat untuk mengembangkan ICBM dengan kapasitas untuk membawa hulu ledak nuklir.

"Ini adalah ancaman yang harus ditanggapi serius oleh Amerika Serikat," kata Kerry di Beijing, pada Rabu (27/1).

"Amerika Serikat akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk melindungi warga di negara kami, teman kami dan sekutu kami di dunia," kata Kerry.

Badan Pertahanan Rudal AS pada Kamis melakukan uji coba teknologi pencegat yang berbasis darat di Pangkalan Udara Vandenberg di California, menurut sumber yang dekat tengah uji coba tersebut. Uji coba ini bertujuan untuk meningkatkan keandalan teknologi pencegat AS, yang berbasis di Alaska dan California.

Sementara itu, pada Kamis, Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS menyetujui undang-undang untuk memperluas sanksi yang ada terhadap Korea Utara atas program nuklirnya, catatan hak asasi manusia yang buruk dan kegiatan siber.



Credit  CNN Indonesia