Presiden Iran, Hassan Rouhani, yang tiba di Paris hari Rabu (27/1/2016) kemarin, sedianya akan makan siang dengan Presiden Perancis, Francois Hollande, di sebuah restoran kelas atas sebagai bagian dari kunjungan Rouhani ke Eropa. Namun sejumlah negosiasi gagal setelah Iran meminta agar menu makanan yang halal dan bebas alkohol.
Sejumlah pejabat Perancis berkeras untuk menyajikan makanan tradisional lokal dan anggur. Mereka mengatakan, menyajikan menu makanan yang "ramah Iran" bertentangan nilai-nilai Republik Perancis.
Istana Elysee menyarankan kedua kepala negara mengadakan sarapan pagi bersama sebagai gantinya tetapi usulan itu ditolak karena dinilai "sangat tidak berkelas".
Sebuah sumber mengatakan kepada stasiun radio RTL Perancis, "Para pemimpin itu kehilangan sebuah kesempatan besar untuk bertemu dalam suasana jamuan makan yang santai."
Rouhani saat ini sedang mengunjungi beberapa negara Eropa untuk menandatangani kesepakatan bisnis bernilai miliaran dollar setelah Iran lepas dari sanksi ekonomi selama bertahun-tahun.
Kunjungannya ke Italia, sebelum tiba di Paris, berlangsung jauh lebih lancar saat para pejabat di sana menyingkirkan alkohol dari menu makan malam dan bahkan menutupi patung-patung telanjang kuno di Roma saat mereka menandatangani transaski bisnis senilai 17 miliar dollar.
Para pejabat Iran tidak meminta patung-patung tersebut ditutup tetapi mereka dikatakan menghargai sikap Italia tersebut.
Namun beberapa orang di Italia berpendapat, tindakan menutup patung itu merupakan sebuah tanda "bunuh diri budaya"
Credit KOMPAS.com