Jumat, 22 Januari 2016

Filipina Akan Unjuk Rasa Sebulan di Laut China Selatan


Filipina Akan Unjuk Rasa Sebulan di Laut China Selatan 
 China membangun Kepulauan Spratly di wilayah LCS yang disengketakan pula oleh Brunei, Malaysia, Vietnam, Taiwan, dan Filipina. (U.S. Navy/Handout)
 
Jakarta, CB -- Kelompok Kebebasan Milik Kami (KAI) dari Filipina merencanakan perjalanan kedua ke pulau buatan China yang dibangun di daerah sengketa di Laut China Selatan untuk melakukan aksi protes selama satu bulan.

Seperti dilansir Reuters, China membangun Kepulauan Spratly di perairan Laut China Selatan yang sarat kekayaan alam dan disengketakan pula oleh Brunei Darussalam, Malaysia, Vietnam, Taiwan, dan Filipina.

"Kali ini, kami akan menghabiskan waktu satu bulan untuk menengok kepulauan yang kami miliki di Spratly. Kami mengajak semua patriot Filipina untuk berhabung dan memperjuangkan wilayah kami," ujar Ketua KAI, Vera Joy Ban-eg.

Vera mengumumkan rencana ini hanya berselang sepekan setelah Beijing mengizinkan kloter pertama turis mengunjungi Fiery Cross di Kepulauan Spratly dalam rangka uji coba landasan pacu 3.000 meter yang baru rampung.

"China sekarang melakukan apa yang kami lakukan bulan lalu ketika kami tiba di Pagasa [Pulau Thitu]," kata Vera.


Pada Desember lalu, sekitar 50 pengunjuk rasa Filipina, mayoritas pelajar, melakukan perjalanan selama tiga haru ke Pulau Thitu, salah satu dari sembilan pulau yang diklaim Filipina.

Para pengunjuk rasa mengatakan bahwa nelayan Filipina tak lagi dapat memancing secara tradisional karena banyak kapal penjaga pantai China yang mengusir.

Mereka mengkritik pemerintah Filipina karena tidak melakukan apapun untuk menghentikan nelayan China yang menggunakan dinamit dan sianida saat mengumpulkan ikan.

"China sudah membangun perusahaan dan kontrol efektif di Laut China Selatan," kata Vera.

Sebelumnya, pemerintah Filipina juga sudah meminta Amerika Serikat untuk melakukan patroli bersama di Laut China Selatan.

"Kami juga mengusulkan untuk berpatroli bersama di daerah tersebut. Dibutuhkan lebih banyak kehadiran bersama di Laut China Selatan," ujar Juru Bicara Kementerian Pertahanan Filipina, Peter Paul Galves.

Sekretaris Angkatan Laut AS, Ray Mabus, juga menggarisbawahi pentingnya hubungan antara Washington dan Manila. Namun, ia bungkam mengenai permintaan Filipina untuk melakukan patroli bersama di LCS.

Sementara itu, seorang juru bicara Pentagon, Bill Urban, mengakui bahwa AS memang mengadakan beberapa aktivitas pertahanan bersama dengan Filipina, termasuk latihan, pembangunan kapasitas, dan berbagi informasi intelijen.

Juru bicara militer Filipina pada Rabu (13/1) mengatakan bahwa Manila sudah menawarkan Washington delapan basis yang dapat digunakan untuk membangun fasilitas pasokan peralatan melalui regulasi keamanan baru oleh Mahkamah Agung.

AS sendiri tak terlibat dalam sengketa wilayah di LCS. Namun, AS secara rutin melakukan patroli di LCS untuk melindungi hak pelayaran di perairan internasional.
Sementara itu pada Selasa (19/1), Vietnam melontarkan protes kepada China agar tidak melakukan pengeboran di perairan sengketa LCS.


Credit  CNN Indonesia