Direktur IMF Christine Laragde saat bertemu pimpinan DPR.
Direktur Eksekutif Perkumpulan Prakarsa, Setyo Budiantoro mengatakan kedatangan Christine Lagarde, Managing Director International Monetary Fund (IMF) ke Indonesia membuka memori lama ketika Direktur IMF saat itu, Michael Camdessus bersedekap mengawasi Presiden Soeharto yang tengah membungkuk menandatangani Letter of Intent (LoI) awal tahun 1998.
"Bukannya membaik, ekonomi Indonesia justru kolaps diikuti jatuhnya Presiden Soeharto dari kursi presiden. Kegagalan IMF menangani krisis di Asia melahirkan Perjanjian Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM) yang dirintis tahun 2000," ujarnya dalam siaran pers, Rabu (2/9/2015).
CMIM merupakan inisiatif yang terdiri dari negara-negara Asean plus China, Jepang dan Korea Selatan (ASEAN+3). CMIM, yang selanjutnya disebut sebagai Asian Minetary FuUnd (AMF) ini bertujuan memberikan fasilitas bantuan keuangan negara-negara anggotanya bila terjadi ancaman krisis.
Hingga kini total dana yang dikumpulkan CMIM mencapai 240 milyar dollar atau setara 3.330 triliun rupiah.
“Daripada bertemu dengan Direktur IMF, menyelenggarakan pertemuan AMF lebih berguna dalam situasi saat ini. Intervensi individual Bank Indonesia mempertahankan rupiah dengan menguras cadangan devisa adalah pertempuran yang hampir mustahil dimenangkan," lanjut Setyo.
Pertemuan AMF juga sangat strategis untuk mengantisipasi dampak kenaikan suku bunga AS yang akan dilakukan the Fed.
Credit KOMPAS.com