Senin, 03 Agustus 2015

Pemimpin Baru Taliban Serukan Persatuan Anggota Militan


Pemimpin Baru Taliban Serukan Persatuan Anggota Militan Pemimpin Taliban yang baru, Mullah Akhtar Mohammad Mansour, menyerukan persatuan anggotanya dalam meluncurkan pemberontakan terhadap Afghanistan. (Taliban Handout via Reuters)
 
 
Jakarta, CB -- Pemimpin Taliban Afghanistan yang baru saja terpilih, Mullah Akhtar Mohammad Mansour, dalam pesan publik pertamanya dirilis pada Sabtu (1/8) menyerukan persatuan bagi para anggota militan dalam meluncurkan pemberontakan terhadap pemerintahan negara tersebut.

Diberitakan Reuters, seruan ini menyusul adanya sejumlah laporan yang menentang kepemimpinan Mansour oleh sejumalh anggota keluarga pemimpin sebelumnya, Mullah Omar.

Mansour terpilih memimpin kelompok militan ini setelah menjabat sebagai wakil Omar selama beberapa tahun. Mansour dinilai ingin mengikuti jejak Omar, terkenal sebagai tokoh pemersatu dan panduan spiritual bagi anggota pemberontakan meskipun tidak tampil di depan publik selama bertahun-tahun.

Pekan ini, Taliban mengkonfirmasi bahwa Omar telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Pemerintah Afghanistan menyatakan bahwa kematian Omar terjadi lebih dari dua tahun lalu.

Terpilihnya Mansour sebagai pemimpin Taliban yang baru dapat menjadi jalan agar pembicaraan damai antara Taliban dengan pemerintahan Afghanistan dapat menemukan solusi terang. Pengamat menilai Mansour dapat membujuk faksi Taliban lain agar mendukungnya.

"Musuh tidak bisa mengalahkan kita jika kita menunjukkan persatuan," kata Mansour dalam sebuah rekaman audio dari sumber Taliban kepada sejumlah wartawan, dikutip dari Reuters.

"Saya akan memanfaatkan semua energi saya untuk mengikuti almarhum Mullah Mohammad Omar dan misinya. Kita harus bersabar dan mencoba menyakini para rekan kami yang hidup menderita untuk bergabung," kata Mansour.

Pada Jumat (31/7), komandan Taliban yang menghadiri pelantikan Mansour sebagai pengganti Omar memaparkan bahwa anak dan saudara Omar mengajukan protes dengan meninggalkan ruangan.

Perbedaan pendapat yang terlihat jelas di kubu Taliban akan menjadi tantangan tersendiri bagi Mansour. Dia harus mencoba membujuk para komandannya yang bimbang dan menyakinkan mereka untuk menggelar pembicaraan damai dengan pemerintah Afghanistan. Tantangan lainnya, adalah membendung perekrutan kelompok militan lainnya, ISIS, yang juga semakin gencar.

Pasalnya, dua faksi Taliban yang menyatakan Omar telah meninggal pada bulan lalu membelot dan bersumpah setia kepada ISIS.

Mansour menyalahkan divisi di Taliban atas "propaganda musuh" dan bersumpah untuk terus memperjuangkan penerapan hukum Syariah Islam di Afghanistan, seperti yang dicita-citakan Mullah Omar.

Dia juga mengecam tindakan pembunuhan warga sipil. Sebuah laporan PBB yang dirilis pada akhir tahun lalu menyatakan bahwa untuk tahun kedua, Taliban Afganistan bertanggung jawab atas sekitar 75 persen pembunuhan warga sipil.

"Atas nama jihad, pembunuhan orang tak bersalah dilarang dalam Islam. Kita harus memenangkan hati orang, maka kita dapat memerintah hati mereka," kata Mansour.

Mansour menegaskan bahwa salah satu wakilnya, Sirajuddin Haqqani, merupakan putra pemimpin jihad terkenal, Jalaluddin Haqqani, yang juga pendiri jaringan militan Haqqani, yang diduga bertanggung jawab atas berbagai serangan bunuh diri mematikan di Afghanistan.

Beberapa pemimpin Taliban menyatakan kepada Reuters bahwa pada Jumat (31/7), Jalaluddin telah tewas pada satu setengah tahun yang lalu. Namun, laporan ini dibantah juru bicara Taliban pada Sabtu (1/8).


Credit  CNN Indonesia