Rabu, 26 November 2014

India dan Australia ubah dinamika kawasan Asia Pasifik

Australia menyambut: Perdana Menteri India Narendra Modi memeriksa barisan Garda Federasi Australia di luar Gedung Parlemen di Canberra tanggal 18 November. [AFP]
Australia menyambut: Perdana Menteri India Narendra Modi memeriksa barisan Garda Federasi Australia di luar Gedung Parlemen di Canberra tanggal 18 November. [AFP]

CB -Tampak tanda nyata dinamika perubahan di kawasan Asia-Pasifik tatkala India dan Australia menandatangani perjanjian kerangka kerja untuk kerja sama dalam hal keamanan terkait kontra-terorisme, keamanan cyber, keamanan maritim dan kontak militer.
Perdana Menteri Australia Tony Abbot menjadi tuan rumah mitranya dari India, Perdana Menteri baru, Narendra Modi, di Canberra pada tanggal 18 November untuk satu putaran perundingan.
Modi adalah perdana menteri India pertama yang mengunjungi Australia dalam 28 tahun terakhir, suatu kurun waktu yang mencatat berakhirnya Perang Dingin, dimana India menghadapi sanksi atas uji nuklirnya pada tahun 1998, dan India menandatangani kesepakatan nuklir sipil dengan Amerika Serikat pada tahun 2008. India berada dalam blok Soviet selama Perang Dingin, sedangkan Australia adalah sekutu NATO.
Penandatanganan kerangka kerja terjadi hanya dua bulan setelah India dan Australia – yang memiliki sepertiga uranium di dunia dan mengekspornya hampir 7.000 ton setiap tahun – menandatangani perjanjian kerja sama nuklir sipil pada tanggal 6 September di New Delhi. Abbot yang mengunjungi India pada bulan September, setuju untuk memenuhi permintaan India yang sudah lama tertunda agar uranium digunakan sebagai sumnber energi pabrik listrik bagi negara itu.
Menteri Luar Negeri India mengeluarkan pernyataan mengenai perjanjian paling baru itu, dengan mengatakan bahwa kerangka kerja tersebut mencerminkan pendalaman dan perluasan keamanan serta kegiatan pertahanan antara India dan Australia. Ini akan mengintensifkan kerja sama dan konsultasi dalam berbagai bidang yang menjadi kepentingan bersama.
“Kemajuan berdasarkan rencana kerja tersebut akan ditinjau ulang melalui pengaturan institusional yang didirikan," demikian menurut pernyataan itu.
Pada Mei 2013, Australia mengeluarkan Buku Putih, "Strategi Keamanan Nasional dan Australia di Abad Asia," yang menguraikan tentang mengapa diperlukan hubungan yang lebih mendalam dengan India.
“Terutama, India muncul sebagai pelaku strategis, diplomatis dan ekonomi yang penting, ‘yang melihat ke Timur.’ … Kelak, India akan menjadi mitra sangat penting dalam membangun keamanan di Lautan Hindia dan kawasan Indo-Pasifik yang lebih luas.
“Australia memiliki kepentingan strategis vital dalam keamanan Lautan Hindia, khususnya jalur lautnya, dan berupaya mengembangkan kemitraan strategisnya dengan India [karena keduanya] yang sama-sama berminat dalam membantu menanggapi perubahan strategis yang terjadi di kawasan itu," demikian pernyataan dokumen tersebut.
Usulan India dan Australia
Kerangka kerja itu mencantumkan pertemuan reguler tahunan para perdana menteri dan pertemuan-pertemuan di sela-sela pertemuan multinasional yang lebih besar. Dialog Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan dijalankan secara bersamaan. KTT tahunan yang mengagendakan pertukaran kebijakan asing dan koordinasi juga diusulkan. Perencanaan dan koordinasi kebijakan pertahanan serta dialog strategis lewat pintu-belakang akan disertai dengan keterlibatan layanan tingkat tinggi, termasuk kunjungan tingkat tinggi secara teratur, perundingan tahunan staf, pelatihan bersama dan latihan maritim bilateral reguler - yang pertama dijadwalkan untuk 2015.
Kelompok kerja gabungan terkait kontra-terorisme akan memastikan kerja sama dalam pelatihan dan pertukaran pakar dalam menangani bom rakitan, insiden bom dan teknologi.
Kedua negara ini mengakui kepentingan mereka dalam arsitektur keamanan Asia-Pasifik, dan sepakat untuk bekerja sama dalam forum regional serta multilateral, termasuk KTT Asia Timur, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara [ASEAN], Pertemuan Menteri Pertahanan ASEAN’ [ADMM] Plus, Asosiasi Bingkai Lautan Hindia, Simposium Kelautan Lautan Hindia, badan-badan PBB dan badan-badan khususnya serta G-20.
Sebelumnya, India mengadakan pembicaraan rutin yang melibatkan tiga pejabat teras pemerintah ini - perdana menteri, menteri pertahanan dan menteri luar negeri - hanya dengan segelintir negara termasuk Amerika Serikat dan Rusia.
Selain itu, hubungan New Delhi dengan Tokyo sudah membaik sejak Modi dan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe bertemu di Jepang bulan September.
India meluaskan upaya untuk 'Melihat ke Timur'
Ini adalah upaya ketiga New Delhi dalam sekian banyak bulan untuk berinteraksi dengan negara-negara di Asia-Pasifik. Upaya ini sejalan dengan kebijakan "Melihat ke Timur" yang sudah diubah namanya menjadi kebijakan "Berindak ke timur". Kebijakan ini menunjukkan strategi India untuk memupuk hubungan ekonomi dan strategis dengan
bangsa-bangsa Asia Tenggara, untuk meningkatkan kedudukannya sebagai kekuatan regional dan untuk menantang pengaruh strategis Tiongkok di kawasan itu.
Pada bulan September, India dan Jepang telah mengumumkan kemitraan strategis dan global khusus, memfokuskan pada prakarsa segar untuk kerja sama pertahanan dan alih teknologi untuk pesawat udara khusus bermesin empat yang menggunakan landasan air. Kesepakatan ini adalah penjualan untuk kepentingan militer bagi Jepang sejak larangan negaranya sendiri tekait penjualan senjata dan perlengkapan militer setelah Perang Dunia ke-II.
Sementara itu, India mengabaikan protes yang memang sudah diperkirakan dari Tiongkok pada bulan Oktober dan sepakat untuk memasok perlengkapan militer dan kapal angkatan laut ke Vietnam, dan meluncurkan satelit antariksa untuk itu. Sebelumnya, India menawarkan kepada Vietnam fasilitas kredit $100 juta [USD] untuk pembelian peralatan pertahanan.
Tiongkok memiliki sengketa wilayah terpisah
India, Jepang dan Vietnam memiliki sengketa wilayah terpisah dengan Tiongkok. Jalur sepanjang garis pegunungan Himalaya India di sepanjang perbatasan sejauh 3.488 kilometer yang tidak memiliki garis demarkasi.
Sengketa Vietnam terletak di Laut Tiongkok Selatan dan muncul ke permukaan di awal tahun ini ketika Tiongkok menempatkan anjungan minyak.Hai Yang Shi You 981 di wilayah yang diklaim oleh Hanoi. Tiongkok kemudian memindahkan anjungan minyak ini ke lokasi berbeda yang tidak masuk ke dalam klaim Vietnam.
Sengketa wilayah Tiongkok dengan Jepang melibatkan klaim atas sekelompok kepulauan di Laut Tiongkok Timur, yang dikenal sebagai Kepulauan Senkaku di Jepang, dan Kepulauan Diaoyu di Tiongkok.
Penyeimbangan kembali Asia Pasifik terus tumbuh
India merasa skeptis ketika Presiden A.S. Barack Obama mengumumkan rencananya pada tahun 2011 untuk menyeimbangkan kembali kekuatan di wilayah Asia-Pasifik, tetapi mendapat jaminan dari Menteri Pertahanan A.S. saat itu, Leon Panetta pada bulan Juni 2012.
Sementara Beijing, melalui media yang dijalankan oleh negara, secara terang-terangan menentang rencana A.S., India menahan diri, karena negara ini tengah memperbaiki tingkat kepercayaan antara New Delhi dan Washington.
“Tokoh non-konfrontasionis AK Antony [Menteri Pertahanan India dari Oktober 2006 hingga Mei 2014] juga menahan diplomasi militer India di kawasan Asia-Pasifik, tampaknya untuk menenangkan Beijing. … Pemerintahan Perdana Menteri Modi telah secara sungguh-sungguh membuang sikap diam diri itu,” demikian yang ditulis surat kabar India Business Standard tanggal 24 November.
Bertemu di Gedung Putih, di Washington, D.C. bulan September, para pejabat A.S. dan India mengumumkan rencana untuk memperbaiki hubungan strategis mereka yang sekarang dengan meningkatkan kerja sama di wilayah Asia-Pasifik dan Lautan Hindia, sekaligus meminta semua negara yang terlibat dalam sengketa di Laut Tiongkok Selatan untuk menghindari penggunaan ancaman atau kekerasan.
Obama dan Modi mengatakan bahwa sebaiknya jangan menggunakan ancaman atau kekerasan oleh pihak manapun dalam menyikapi sengketa Laut Tiongkok Selatan. Para pemimpin ini mengungkapkan kekhawatiran tentang meningkatnya ketegangan atas sengketa wilayah maritim dan menegaskan kembali pentingnya menjaga keamanan maritim dan menjamin kebebasan navigasi dan penerbangan di seluruh wilayah, khususnya di Laut Tiongkok Selatan.
Kerja sama India yang terus berjalan dengan A.S., Jepang, Vietnam dan Australia dipandang sebagai penyeimbangan kembali "khas" New Delhi di kawasan timur,” The Tribune mengamatinya.

Credit apdforum