Rabu, 12 Agustus 2015

Jeb Bush Tuduh Clinton Bertanggung Jawab Atas Lahirnya ISIS


Jeb Bush Tuduh Clinton Bertanggung Jawab Atas Lahirnya ISIS 
 Jeb Bush berupaya menarik perhatian pemilik suara agar dapat dinominasikan menjadi calon presiden dari Partai Republik untuk pemilihan umum 2016 mendatang. (Reuters/Joe Skipper)
 
Washington, CB -- Kandidat presiden dari Partai Republik, Jeb Bush, menyerang rivalnya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, dengan mengatakan bahwa Clinton turut bertanggung jawab atas kelompok militan ISIS yang berkembang di Irak.

Dalam acara pembukaan calon kandidat potensial untuk pemilihan umum 2016, Bush melihat bahwa penanganan Clinton terkait Irak saat menjabat sebagai Menteri Luar Negeri AS membuat kondisi di negara tersebut tidak stabil sehingga melahirkan ISIS.

Bush mengkritik peran Clinton yang berujung penarikan pasukan AS di Irak pada 2011. Saat melakukan kunjungan diplomatik keliling dunia untuk pemerintahan Obama 2009-2013, Clinton tidak menaruh perhatian lebih ke Irak.

"Dalam semua catatan perjalanannya, ia pergi ke Irak hanya sekali," ujar Bush, Selasa (11/8).

Bush mengatakan pasukan yang diperintahkan Presiden Bush pada 2007 lalu telah menjadikan situasi di Irak lebih stabil. Namun, kondisi ini tidak diperpanjang karena pemerintahan Obama tidak bisa bersepakat dengan Perdana Menteri Irak Nuri al-Maki sehingga pasukan terakhir AS dipulangkan pada 2011.

"Di mana Menteri Luar Negeri Clinton saat itu?" ujar Bush.


Sebagai balasan, tim kampanye Clinton menggelar konferensi pers yang dipimpin oleh penasehat kebijakan luar negeri Clinton, Jake Sullivan.

Sullivan membela Clinton dan mengatakan bahwa mantan Menlu AS ini telah menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam masa peralihan jejak militer AS di Irak ke sipil.

"Masalah utama adalah bukan berapa kali pesawat mendarat di bandara. Tetapi bagaimana intensif dan efektif keterlibatan (AS) yang mengarah ke kemajuan," ujar Sullivan.

Irak adalah topik yang rumit bagi Bush, mengingat invasi AS ke Irak adalah kebijakan yang dikeluarkan saudaranya, Presiden George W. Bush pada 2003. Namun, ia menggunakan sebagian besar waktu pidatonya di perpustakaan kepresidenan Ronald Reagen dengan menyatakan untuk tidak larut dengan masa lalu dan lebih berfokus pada masa depan bagi AS.

Bush mengatakan akan mengerahkan sejumlah pasukan AS di Irak sebagai pengintai untuk membantu mengidentifikasi target musuh. Sebuah langkah yang ditolak oleh Presiden Barack Obama karena dikhawatirkan dapat semakin memperdalam keterlibatan Amerika di Irak dan Suriah.

Selain itu, Bush juga mengatakan akan berupaya mempertimbangkan sedikit peningkatan di pasukan AS, di luar yang sudah ditempatkan di sana, dan melekatkan pasukan AS dengan unit Irak, seperti yang dilakukan pasukan Kanada.

"Saat ini, kita memiliki sekitar 3.500 tentara dan marinir di Irak, dan mungkin akan diperlukan lebih banyak lagi," ujarnya.

Bush juga akan memberikan dukungan lebih kepada kelompok Kurdi yang anti-ISIS dan bekerja dengan sekutu kawasan untuk mendeklarasikan sebuah non-zona terbang di Suriah untuk melawan pasukan Presiden Suriah Hafez al-Assad dan pengaruh Iran.

Serangan terhadap Clinton terjadi beberapa minggu setelah kampanye publik dari kandidat Partai Republik didominasi oleh sikap Donald Trump yang kontroversial dan jauh dari pembahasan isu kebijakan yang serius.

Bush mencoba merebut suara dengan mengambil sikap yang menjadi titik jual utama Clinton dalam pencalonannya untuk nominasi dari Partai Demokrat, yakni kebijakan luar negeri. Ia pun berusaha mempromosikan diri kepada para pemilih dari Partai Republik agar bisa menjadi kandidat yang pantas untuk disandingkan dengan lawannya, Clinton, pada pemilihan umum 2016 nanti.

Credit  CNN Indonesia