Senin, 03 Agustus 2015

Amnesty: Umat Islam Afrika Tengah Dipaksa Pindah Agama


Amnesty: Umat Islam Afrika Tengah Dipaksa Pindah Agama 
 Kekerasan yang dialami warga di Afrika Utara terpaksa membuat banyak warga mengungsi ke tempat aman. (Dok. Wikipedia)
 
Jakarta, CB -- Amnesty International mengatakan akhir pekan lalu bahwa umat Muslim di bagian barat Republik Afrika Tengah sedang dipaksa untuk menyembunyikan identitas agama mereka atau pindah agama di bawah ancaman kematian.

Republik Afrika Tengah telah diguncang kekerasan semenjak koalisi pemberontakan Muslim Seleka menggulingkan presiden yang telah lama menjabat di tahun 2013.

Pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh Seleka memicu terbentuknya kelompok militan Kristen dikenal dengan nama anti-Balaka, sebuah kelompok yang telah menargetkan umat muslim dan membuat puluhan ribu orang melarikan diri ke negara tetangga.


Umat Muslim mengatakan pada Amnesty International bahwa mereka dipaksa untuk pindah agama atau tidak menunjukan ibadah mereka.

"Kita tidak punya pilihan, jadi kami bergabung dengan Gereja Katolik, karena anti-Balaka bersumpah akan membunuh kami jika tidak menuruti perintah mereka," kata seorang pria berumur 23 tahun di Sangha-Mbaera, yang namanya tidak disebutkan untuk melindungi keamanannya.

Seorang pedagang Muslim di wilayah itu juga mengatakan bahwa beribadah bagi umat Islam dianggap ilegal.

"Kita harus bersembunyi, kita harus beribadah dengan cepat, dan sendiri-sendiri," kata dia.

Amnesty International mengatakan bahwa larangan beribadah tersebut juga terjadi di luar wilayah yang tidak mendapatkan perlindungan PBB.

Lembaga ini juga mengatakan bahwa upaya baru perlu dilakukan untuk melindungi umat Islam yang terancam dan memulangkan mereka yang melarikan diri.

"Banyak dari puluhan ribu pengungsi Muslim yang terusir dari negaranya di tahun 2014, menyatakan keinginannya untuk suatu hari dapat kembali ke negara mereka, tetapi menunggu sampai mereka dapat pulang dengan aman," kata laporan dari Amnesty.

Sebelumnya, sebuah pemerintahan transisi telah dijalankan pada bulan Januari 2014. Lebih lanjut, pemilihan Presiden dan legislatif akan dilakukan pada 18 Oktober.


Credit CNN Indonesia