Penjabat Presiden Venezuela Juan Guaido sekarang tak kebal dari hukuman.
REPUBLIKA.CO.ID,
KARAKAS -- Majelis Konstituen Venezuela pada Selasa (2/4) melucuti
kekebalan parlemen Juan Guaido. Keputusan tersebut sekaligus melicinkan
jalan kemungkinan penangkapan dan penghukuman pemimpin oposisi Venezuela
tersebut.
Majelis Konstituen Venezuela mengadakan pertemuan atas permintaan
Maikel Moreno --Presiden Pengadil Tinggi Kehakiman (TSJ). Mereka
menggelar rapat untuk membahas rencana pelecutan kekebalan Guaido dari
hukuman, demikian laporan Kantor Berita Turki,
Anadolu --yang dipantau
Antara di Jakarta, Rabu malam. Usul itu disetujui dengan suara bulat oleh semua anggota Parlemen.
Guaido,
pemimpin Majelis Nasional Venezuela, dituduh melakukan pelanggaran
larangan perjalanan yang diberlakukan atas dirinya dengan mengunjungi
Kolombia. Ia melakukan perjalanan ke sana sehari sebelum satu upaya
dilancarkan untuk membawa "bantuan kemanusiaan yang disediakan AS" ke
Venezuela pada 23 Februari.
Guaido belakangan mengunjungi
Brazil, Paraguay, Argentina, dan Ekuador sebelum kembali ke Venezuela
pada 4 Maret. Ia tak mengalami kesulitan untuk masuk kembali ke negeri
tersebut.
Venezuela telah diguncang protes sejak 10
Januari, ketika Presiden Nicolas Maduro diambil sumpahnya untuk masa
jabatan kedua setelah pemungutan suara yang diboikot oleh oposisi.
Ketegangan
meningkat ketika Guaido mengumumkan diri sebagai Penjabat Presiden pada
23 Januari. Tindakan itu didukung oleh AS dan banyak negara Eropa serta
Amerika Latin. Turki, Rusia, China, Iran, Bolivia dan Meksiko telah
memberi dukungan buat Maduro.