Portal Berita Tentang Sains, Teknologi, Seni, Sosial, Budaya, Hankam dan Hal Menarik Lainnya
Kamis, 04 April 2019
Cabut Imunitas Guaido, Jerman Kutuk Venezuela
BERLIN
- Jerman mengutuk keputusan Venezuela untuk mencabut hak imunitas tokoh
oposisi Juan Guaido. Dicabutnya hak imunitas membuka peluang untuk
menyeret Guaido ke muka pengadilan.
Majelis Konstituante, sebuah
badan yang dibuat Presiden Nicolas Maduro untuk menandingi Majelis
Nasional yang dikuasai oposisi, awal pekan ini mencabut hak imunitas
Guaido. Langkah yang dilakukan Majelis Konstituante merupakan upaya
terbaru pemerintah untuk meningkatkan tekanan terhadap Guaido, yang
menyatakan dirinya sebagai presiden sementara pada Januari lalu.
"Pemerintah
federal Jerman mengutuk pencabutan imunitas Juan Guaido oleh Majelis
Konstituante," bunyi pernyataan yang dikeluarkan pemerintah Jerman
seperti dikutip dari Deutsche Welle, Kamis (4/4/2019).
Jerman
juga menegaskan bahwa negara-negara Uni Eropa menyatakan tidak akan
mengakui resolusi yang dibuat oleh Majelis Konstituante. Majelis
tersebut dibentuk untuk menggulingkan Majelis Nasional, parlemen
Venezuela, yang sah.
"Majelis Konstituante sekali lagi
menunjukkan bahwa ia melayani rezim Maduro untuk melemahkan kekuatan
demokrasi negara itu," demikian bunyi pernyataan itu.
Presiden Majelis Konstituante, Diosdado Cabello, menuduh pemimpin oposisi Guaido menghasut perang saudara.
"Mereka
tidak peduli dengan kematian. Mereka tidak memiliki gagasan sedikit pun
tentang apa konsekuensi perang bagi sebuah negara," ujarnya.
Cabello
mengacu pada klaim rezim Maduro yang bertujuan untuk mendiskreditkan
oposisi dengan menuduh mereka bekerja untuk pemerintah Amerika Serikat
(AS), yang diklaim Maduro sedang menyusun konspirasi untuk
menggulingkannya.
Guaido pun menolak langkah-langkah untuk menghapus hak imunitasnya terhadap tuntutan.
"Jika
rezim berani menculik saya dan melakukan kudeta, kami akan bertindak
dengan terpaksa. Diktator hanya mengetahui dengan kekerasan."
Pada
bulan Januari, Guaido mendeklarasikan dirinya sebagai presiden
sementara Venezuela dalam sebuah langkah untuk merongrong otoritas
Maduro di negara itu.
AS segera mengakuinya sebagai presiden sah
negara kaya minyak yang kekurangan uang itu. Tak lama setelah itu,
Jerman dan negara-negara Barat lainnya mengikutinya. Tetapi rezim Maduro
terus mendapatkan dukungan dari Rusia, China dan Turki.