Cina dianggap telah melakukan pelanggaran HAM kepada muslim Uighur.
CB,
WASHINGTON -- Ratusan warga Amerika, Kanada, Australia, termasuk
diaspora Uighur, menggelar aksi demonstrasi di Washington pada Sabtu
(6/4). Mereka menyerukan Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengambil
tindakan terhadap Cina atas pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang
dilakukannya terhadap Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang.
Ketua Komite Eksekutif Kongres Uighur Dunia Omar Kanat berpartipasi
dalam aksi demonstrasi di Washington. Dia mengucapkan terima kasih
kepada massa yang telah hadir dan menyuarakan dukungannya terhadap
Muslim Uighur.
"Kita dipersatukan oleh tuntutan kita untuk
mengakhiri genosida yang dilakukan oleh Pemerintah Cina terhadap
orang-orang Uighur dan Muslim Turki lainnya di Turkestan Timur," kata
Kanat mengacu pada wilayah Xinjiang, dikutip laman
Anadolu Ageny.
Menurut
dia, perlakuan Pemerintah Cina terhadap etnis Uighur telah menyebabkan
rasa sakit, kehancuran, bahkan kematian. "Kita di sini untuk
memobilisasi dukungan politik bagi tindakan Amerika. Sekarang saatnya
untuk tindakan nyata," ujarnya.
Presiden Kongres Uighur
Dunia Dolkun Isa mengungkapkan ketika semua orang Uighur berbicara
serentak dengan satu suara, mereka tak bisa dibungkam. "Kami adalah
putra-putri yang tidak lagi dapat menghubungi orang tua kami. Dalam
kasus saya, ibu saya meninggal di kamp," ucapnya.
Hal itu
juga berdampak pada anak-anak mereka. "Kami adalah orang tua yang
anak-anaknya tidak bisa tumbuh di tanah air mereka dan tidak dapat
sepenuhnya menikmati budaya serta tradisi Uighur," kata Isa.
Oleh
sebab itu, dia mendesak AS untuk menindak pelanggaran HAM yang
dilakukan Pemerintah Cina terhadap Muslim Uighur. Menurutnya AS perlu
bekerja sama dengan Uni Eropa dalam melakukan hal tersebut. "Kita harus
bergerak melampaui kata-kata menjadi tindakan nyata sebelum terlambat,"
ujar Isa.
Esedullah,
seorang warga Uighur yang tinggal di AS dan berpartisipasi dalam aksi
di Washington mengatakan bahwa dia telah kehilangan kontak dengan
keluarganya. "Ayah saya terkurung di kamp konsentrasi, saya kehilangan
kontak dengan keluarga saya," katanya.
"Saya ingin
mendengar suara orang tua saya dan sarapan bersama mereka. Saya tidak
bisa memberitahu Anda betapa saya merindukan mereka," ujar Esedullah.
Menurut
dia, aksi seperti di Washington memang harus diselenggarakan. "Dunia
tidak tahu tentang apa yang terjadi di kamp (konsentrasi). Dengan berada
di sini kami memberitahu Pemerintah Amerika dan dunia bahwa mereka
dapat menghentikan genosida di Turkistan Timur," kata Esedullah.
"Saya
berharap demonstrasi ini akan membantu mengentikan kamp konsentrasi dan
membebaskan jutaan orang yang dipenjara di kamp-kamp. Saya berharap
swmua warga Uighur dapat bersatu dengan keluarga mereka segera," ucap
Esedullah.
Pada Rabu (3/4) lalu kelompok bipartisan
parlemen (AS) mendesak pemerintahan Donald Trump untuk segera
menjatuhkan sanksi kepada Ketua Partai Komunis Xinjiang Chen Quanguo.
Dia dianggap terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di
wilayah yang dipimpinnya.
Sebanyak 40 anggota parlemen yang
dipimpin Senator Marco Rubio dan Perwakilan AS Chris Smith dari Partai
Republik serta Senator Bob Menendez dan Perwakilan James McGovern dari
Partai Demkorat, telah mengirim surat kepada pensihat utama Trump. Dalam
surat tersebut mereka menyalahkan pemerintah karena sejauh ini gagal
menjatuhkan sanksi kepada Cina atas dugaan pelanggaran HAM terhadap
minoritas Muslim di Xinjiang.
“Kami kecewa dengan kegagalan
pemerintah sejauh ini untuk menjatuhkan sanksi yang terkait dengan
pelanggaran HAM sistemis dan mengerikan yang sedang berlangsung di
Xinjiang,” kata mereka dalam suratnya.
Pemerintah
Cina telah menghadapi tekanan internasional karena dituding menahan
lebih dari 1 juta Muslim Uighur di kamp-kamp konsentrasi di Xinjiang.
Tak hanya menahan, Beijing disebut melakukan indoktrinasi terhadap
mereka agar mengultuskan Presiden Cina Xi Jinping dan Partai Komunis
Cina.
Pemerintah Cina telah membantah tuduhan tersebut.
Menurutnya, apa yang dibangun di Xinjiang adalah pusat reedukasi dan
pelatihan vokasi. Cina mengklaim kehadiran pusat tersebut penting untuk
menghapus kemiskinan di Xinjiang.