Kamis, 05 Juli 2018

Kisruh Belanja Militer NATO, Persekutuan AS - Inggris Terancam


Jim Mattis, Menteri Pertahanan AS. REUTERS
Jim Mattis, Menteri Pertahanan AS. REUTERS

CB, Jakarta - Pemerintahan Donald Trump telah menyasar Inggris, sekutu militer paling setia Amerika Serikat dalam perang di Irak dan Afghanistan, salah satu di antara beberapa negara NATO yang dikirim surat kritikan karena terlalu sedikit membelanjakan anggaran pertahanannya.
Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Jim Mattis, mengancam akan mengganti Inggris dengan Prancis sebagai sekutu militer utamanya kecuali Inggris meningkatkan belanja militernya, seperti yang tertulis dalam surat yang dikirim pada 12 Juni.

Kata-kata tegas dari Mattis kepada Menteri Pertahanan Inggris, Gavin Williamson, mencatat Inggris adalah salah satu sekutu NATO yang sudah memenuhi target aliansi untuk menghabiskan 2 persen pengeluaran ekonominya pada sektor militer.
Pangeran Charles asal Inggris berbincang dengan sejumlah tentara saat ikuti latihan militer dalam kunjungannya ke Resimen Mercian di Bulford, Wiltshire, Inggris, 9 Februari 2018. REUTERS
Namun dikatakan dalam surat ini, itu tidak cukup. Peran global Inggris akan membutuhkan tingkat pembelanjaan pertahanan melebihi dari apa yang kita harapkan dari sekutu yang hanya memiliki kepentingan regional, tulis Mattis dalam suratnya, seperti dilaporkan Reuters, 4 Juli 2018.
"Saya prihatin bahwa kemampuan Anda untuk terus memberikan landasan militer yang kritis ini ... yang beresiko runtuh," tulis Jim Mattis, yang meminta rencana jelas dan pemenuhan anggaran pertahanan dari Inggris sebelum KTT NATO pekan depan.
Surat itu menunjukkan tekad Presiden AS Donald Trump untuk menekan sekutu NATO agar secara signifikan meningkatkan pengeluaran militer menjelang KTT NATO di Brussels.

Sejak Perdana Menteri Tony Blair bersumpah untuk membantu Amerika Serikat setelah serangan 11 September 2001, Inggris menjadi sekutu utama AS di Irak dan Afghanistan, dan kehilangan 600 tentaranya. Perang Afghanistan dipimpin oleh jenderal Inggris selama puncak konflik tengah berlangsung, sementara Amerika Serikat memimpin di Irak."Adalah kepentingan terbaik kedua negara kita bagi Inggris untuk tetap menjadi mitra pilihan AS. Sebagai aktor global, Prancis dan AS telah menyimpulkan bahwa sekarang adalah waktu untuk meningkatkan investasi dalam pertahanan secara signifikan," tulis Jim Mattis memuji Prancis yang meningkatkan anggaran militernya.

Tentara Inggris di Afganistan saat peringatan berakhirnya Perang Dunia I di Lapangan udara Kandahar, Ahad 9 November 2014, di Kandahar, Afganistan. Matt Cardy/Getty Images
Donald Trump telah mendesak anggota NATO untuk memenuhi target aliansi militer Barat menghabiskan setidaknya 2 persen dari PDB mereka untuk tujuan militer atau AS akan menarik diri dari NATO.
Dilansir dari Press TV, Prancis telah menunjukkan komitmen nyata untuk tujuan itu. Presiden Perancis Emmanuel Macron baru-baru ini berjanji untuk menginvestasikan tambahan Rp 4300 triliun untuk militer hingga 2025.

Sementara Inggris telah memotong belanja pertahanan selama satu dekade terakhir untuk menyesuaikan anggaran dengan program penghematan yang juga melakukan pemotongan belanja domestik. Bagaimanapun Inggris dan Prancis masih memegang peringkat militer yang paling kuat di Eropa.
Beberapa anggota parlemen Inggris menyerukan pembelanjaan meningkat menjadi 2,5 atau 3 persen dari pengeluaran nasional sebelumnya yang ditetapkan 2 persen. Namun pemerintah Inggris juga di bawah tekanan untuk mengucurkan lebih banyak anggaran untuk kesehatan, pendidikan dan polisi, sementara rencana untuk menarik diri dari Uni Eropa dengan Brexit-nya telah memperlambat pertumbuhan ekonomi.




Credit  tempo.co