Selama akhir pekan lalu, pasukan oposisi mencoba mengambil kembali wilayah timur dan barat Aleppo. Sebelumnya, antara dua wilayah itu terlepas dari kontrol mereka dengan adanya pengepungan dari tentara pemerintah yang dibantu oleh Rusia.
Sedikitnya ada seperempat juta warga sipil yang tinggal di wilayah Aleppo dan sekitarnya. Selama ini, daerah itu dikuasai oleh pasukan oposisi. Namun, dalam satu bulan terakhir pasukan pemerintah berupaya memukul mundur dan kembali merebut wilayah.
"Kami tengah mengintensifkan serangan di wilayah Ramousah, namun jet Rusia menahan kami untuk dapat bergerak cepat," ujar seorang komandan pasukan pemberontak kepada, Reuters, Rabu (3/8).
Seorang sumber pasukan milisi lainnya mengatakan telah mempersiapkan sekitar 10 ribu pejuang, 95 tank, dan ratusan roket peluncur. Hal ini dilakukan untuk menggempur kembali pasukan pemerintah dan dipastikan dapat menjadi pertempuran paling besar di Aleppo.
Selain itu, sumber pemerontak lainnya juga mengatakan beberapa anggota pasukan dikerahkan untuk melakukan bom bunuh diri. Nantinya, mereka akan meledakkan diri di sekitar pos militer.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (HAM) mengatakan serangan yang diluncurkan pasukan pemberontak kali ini adalah yang terbesar. Hal itu karena pertempuran di berbagai sudut wilayah kota telah disiapkan dan akan dilakukan.
Credit REPUBLIKA.CO.ID