Beberapa
ekor Komodo (Varanus komodoensis) memakan mangsa yang disediakan
penjaga di Taman Nasional Komodo, Manggarai Barat, NTT,24 Mei 2016.
ANTARA/Wahyu Putro A
”Kami butuh waktu dua minggu untuk memetakan pulau Komodo,” kata Hugh Williams Vice President Engineering Google Maps di Jakarta Selasa, 9 Agustus lalu. Ia mengatakan untuk membuat pemetaan Pulau Komodo, Google menggunakan Google Trekker, sebuah kamera ransel yang mampu mengambil gambar 360 derajat.
Perangkat tas Google Trekker ini dipakaikan kepada manusia yang berjalan kaki berkeliling wilayah tertentu sesuai kebutuhan pemetaan. Google juga memetakan daratan kawasan pariwisata Pulau Komodo seperti Desa Komodo.
Selain itu Google juga memetakan tampilan bawah laut pulau Komodo dan beberapa kawasan bawah laut Indonesia lainnya seperti Raja Ampat dan Taman Laut Nasional Bunaken. Untuk memetakan bawah laut, Google melakukan kerjasama dengan XL Catlin Seaview Survey lembaga yang berusaha mendokumentasikan bawah laut dunia untuk melihat perkembangan kondisi laut dunia dari tahun ketahun.
XL Catlin Seaview Survey melakukan pemetaan dengan menggunakan sebuah kamera panoramic khusus yang mampu mengambil sudut gambar 360 derajat. Kamera yang dikendalikan oleh penyelam profesional ini mampu mengambil gambar 360 derajat setiap tiga detik dengan kecepatan menyelam 4 kilometer perjam.
Seluruh gambar yang terekam ini kemudian disambungkan atau dijahit menjadi satu kesatuan dan dipublikasikan secara online salah satunya melalui Google Street View. Tampilan dokumentasi bawah laut ini bisa dilihat melalui ponsel pintar, tablet, laptop hingga komputer desktop.
Dokumentasi yang dilakukukan Google bersama dengan XL Catlin Seaview Survey ini dilakukan guna mendukung pemantauan atau pengendalian bawah laut yang diketahui mengalami kehancuran hingga 40 persen selama 30 tahun terakhir.
Credit TEMPO.CO