CB, Syahdan, Rasulullah ditanya
oleh salah seorang sahabat. ''Ya Rasul, mana yang lebih dahulu jatuh ke
tangan kaum Muslimin, Konstantinopel atau Romawi?'' Nabi
menjawab,''Kota Heraklius (Konstantinopel). (Hadits riwayat Ahmad,
Ad-Darimi, Al-Hakim).
Menjelang waktu Ashar pada 29 Mei 1453,
atau tujuh abad kemudian, ramalan Nabi terbukti. Dengan kekuatan tak
kurang 100 ribu pasukan, pasukan kekalifahan Utsmani dibawah komando
Mehmed II, dikenal dengan panggilan Muhamad Al-Fatih, berhasil
menaklukkan jantung peradaban Kristen terbesar saat itu.
Mirip Tembok Besar di Cina, kota
Konstantinopel dinaungi benteng yang terbentang sejauh total 20
kilometer guna menghindari serangan musuh. Serangan pasukan Al-Fatih
sudah dimulai sejak 6 April atau lebih dari sebulan sebelumnya tanpa
hasil memuaskan. Tak mudah menundukkan Konstantinopel. Upaya penaklukan
bahkan sudah dilakukan sejak tahun 44 Hijriah pada era Muawiyah bin Abu
Sofian.
Pasukan artileri Al-Fatih gagal menusuk
dari sayap barat lantaran dihadang dua lapis benteng kukuh setinggi 10
meter. Mencoba mendobrak dari selatan Laut Marmara, pasukan laut
Al-Fatih terganjal militansi tentara laut Genoa pimpinan Giustiniani.
Sadarlah Al-Fatih, titik lemah Konstantinopel adalah sisi timur yakni
selat sempit Golden Horn.
Selat ini dibentang rantai besar,
memusykilkan armada kecil sekali pun untuk melewatinya. Tapi Al-Fatih
saat itu usianya 23 tahun tak kehabisan akal. Ia menggusur
kapal-kapalnya dari laut ke darat, demi menghindari rantai besar.
Sebanyak 70 kapal digotong ramai-ramai ke sisi selat dalam waktu singkat
pada malam hari. Inilah awal dari kejatuhan Konstantinopel yang
fenomenal.
Jatuhnya Konstantinopel menjadi pintu
gerbang bagi kekalifahan Utsmani untuk melebarkan sayap kekuasaanya ke
Mediterania Timur hingga ke semenanjung Balkan. Peristiwa ini kelak
menjadi titik krusial bagi stabilitas politik Utsmani sebagai kekuatan
adikuasa kala itu, jika bukan satu-satunya di dunia. Tanggal 29 Mei 1453
juga ditandai sebagai era berakhirnya Abad Pertengahan.
Nama Konstantinopel kemudian diubah
menjadi Istanbul yang berarti kota Islam. Istanbul, kerap dilafalkan
Istambul, kemudian sebagai ibu kota kekalifahan Utsmani hingga
kejatuhannya pada 1923. Kota pelabuhan laut ini menjadi pusat
perdagangan utama Turki moderen saat ini. Secara geografis, wilayah
Istanbul 'terbelah' dua dan masing-masing terletak di Asia dan Eropa.
Berpenduduk hingga 16 juta jiwa, Istanbul adalah salah satu kota
terpadat di Eropa.
Credit REPUBLIKA.CO.ID