ANKARA
- Sebanyak 14 kapal militer Angkatan Laut Turki dan komandannya yang
aktif bertugas di Laut Aegea atau Laut Hitam hilang sejak kudeta yang
berakhir dengan kegagalan pada Jumat malam lalu.
Komandan
Angkatan Laut Turki, Laksamana Veysel Kosele, tidak bisa dilacak sejak
upaya kudeta berlangsung sekelompok pasukan pertahanan Turki.
Belum jelas apakah Laksamana Kosele merupakan kaki tangan dari para konspirator yang memimpin upaya kudeta atau tidak.
Namun, laporan media lokal menduga bahwa komandan Angkatan Laut itu
telah ditipu oleh komplotan kudeta yang memberi informasi agar membawa
kapal karena aka nada serangan teroris di negara itu.
Belasan
14 kapal militer itu belum kembali ke pelabuhan sejak upaya kudeta
militer Jumat malam lalu. Kapal-kapal yang sejatinya bisa dilacak oleh
radar atau satelit itu diduga telah menuju ke pelabuhan Yunani.
Sebelumnya, sekitar delapan perwira militer Turki dilaporkan telah
mencari suaka di Yunani setelah melarikan diri ke negara mereka. Aksi
melarikan diri menyusul langkah pasukan pro-Pemerintah Erdogan yang
menangkap komplotan kudeta.
Ribuan personel militer, termasuk
para jenderal telah ditahan dan terancam hukuman mati jika Turki
benar-benar menghidupkan kembali hukuman mati.
Presiden Turki
Recep Tayyip Erdogan mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa komplotan
kudeta telah mencoba membunuhnya di sebuah resor di sebelah barat daya
Turki, di mana dia tinggal. Dua pengawalnya tewas dalam serangan itu.
Seorang juru bicara Pemerintah Turki dikutip oleh The Times,
Selasa (19/7/2016)mengatakan bahwa pemerintah percaya ada sel-sel tidur
”yang mungkin mencoba untuk membajak helikopter atau terlibat dalam
tindakan kekerasan lainnya terhadap demonstran damai dan (menduduki)
gedung-gedung pemerintah".
Presiden telah mendukung
penghidupan kembali hukuman mati jika parlemen mengambil keputusan
serupa. ”Masalah ini sekarang dapat diambil untuk agenda parlemen dan
dapat dibahas di sana. Kami sebelumnya menghapuskan, tapi kami selalu
bisa kembali dan kembali memperkenalkan itu,” kata Erdogan.
”Ada kejahatan yang jelas pengkhianatan. Permintaan Anda (orang-orang
Turki) tidak pernah diabaikan oleh pemerintah. Tetapi para pemimpin
harus datang bersama-sama dan mendiskusikan itu. Jika mereka menerima
untuk mendiskusikannya, kemudian sebagai presiden saya akan menyetujui
keputusan apapun yang keluar dari parlemen,” imbuh Erdogan.
Credit Sindonews