Ilustrasi (Thinkstock)
"Kami mendengar informasi adanya hal itu [ancaman pembunuhan]. Kami juga melakukan konfirmasi kepada keluarga apakah itu benar terjadi," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir, dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (28/7).
"Kami akan meminta penjelasan lebih detail. Apakah benar pernah dihubungi dan apa yang dibahas," kata Arrmanatha.
Sementara itu, lanjut Arrmanatha, pemerintah masih terus melakukan upaya pembebasan melalui koordinasi dengan segala pihak, termasuk pemerintah Filipina.
Di sela pertemuan ASEAN di Laos pada Minggu (24/7), Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi, juga kembali berbincang dengan Menlu Filipina, Perfecto Yasay, untuk bertukar informasi terkait sandera.
"Kami mendapat konfirmasi dan diketahui bahwa 7 WNI berpindah-pindah walaupun di satu pulau. Kadang dipecah, kadang disatukan. Kami akan terus berupaya membebaskan sandera dengan selamat," tutur Arrmanatha.
Ketujuh WNI yang merupakan anak buah kapal tugboat Charles 001 dan Robby 152 itu disandera di Laut Sulu saat sedang menempuh perjalanan membawa batu bara dari Tagoloan Cagayan, Mindanao, menuju Samarinda.
Sementara itu, pemerintah juga masih terus berupaya membebaskan tiga WNI lainnya yang disandera oleh kelompok militan di Filipina pada 9 Juli lalu.
Ini bukan kali pertama WNI disandera oleh kelompok militan Filipina. Sebelumnya, ada 14 WNI yang telah dibebaskan setelah diculik Abu Sayyaf.
Selain 10 WNI, Abu Sayyaf saat ini juga menyandera seorang warga Belanda, seorang Norwegia, dan lima warga Filipina.
Credit CNN Indonesia