Ilustrasi (Thinkstock)
Stasiun televisi ABC menyiarkan rekaman CCTV pada Senin malam lalu, juga menunjukkan remaja laki-laki di pusat penahanan remaja di Teritori Utara yang ditelanjangi, dilempar ke sel dan ditahan di sel isolasi dalam jangka waktu lama.
Rekaman penyiksaan enam remaja aborigin di pusat penahanan ini kembali mencuatkan kritik terkait perlakuan Australia terhadap warga suku asli tersebut.
|
CCTV dari Pusat Detensi Don Yale di Darwin merekam kejadian antara 2010-2014. Seorang pengacara yang mewakili dua dari remaja laki-laki itu mengatakan seluruh enam orang merupakan keturunan aborigin. Aborigin merupakan mayoritas penduduk di Teritori Utara, dan mengisi sekitar 94 persen tahanan remaja di wilayah itu.
“Rakyat (pribumi) kita tahu soal hal-hal seperti ini… dan melihatnya secara langsung pasti menjadi pengingat bagi semua orang di Australia—bahwa sesuatu harus dilakukan soal cara kita memenjarakan rakyat kita di negara ini, dan terutama cara kita memenjarakan anak-anak kita,” kata Mick Gooda, Komisaris Keadilan Aborigin dan Warga Selat Torres.
“Apa yang kita lihat tadi betul-betul aib,” tambahnya.
Laporan beberapa insiden oleh Komisioner Anak-anak Teritori Utara pada 2015 menemukan pelanggaran perlakuan penjaga, namun temuan itu dibantah oleh kepala-kepala penjara ketika itu, dan tak ada tindakan apa pun setelahnya.
Kepala Menteri Teritori Utara Adam Giles memecat menteri permasyarakatannya menyusul laporan ABC.
Beberapa warga aborigin menyerukan Giles ikut dipecat, sedang koalisi organisasi Aborigin di Teritori Utara menyerukan pemerintah pusat untuk membubarkan pemerintahan teritori secara keseluruhan.
“Setiap pemerintahan yang menerapkan kebijakan yang didisain untuk melukai anak-anak dan memungkinkan kebrutalan dan menutupinya, serahkan haknya untuk memerintah,” kata juru bicara organisasi itu, John Paterson.
Credit CNN Indonesia