Washington
(CB) - Setelah Perang Dingin usai, kekuatan kapal selam Pakta
Warsawa (Rusia sebagai kekuatan utama) dan NATO sudah berbeda. Namun
kekuatan Rusia mulai pelan-pelan bangkit dan NATO dinilai Center for
Stretegic and International Studies, tidak siap menghadapi armada kapal
selam Rusia.
Amerika
Serikat dan sekutu negara-negara Nordik-nya dinilai juga harus lebih
banyak menanamkan investasi tentang teknologi kapal selam, menggelar dan
meninjau pola pendidikan dan latihan kapal selam, dan di atas semua
itu, menggalang kerja sama lebih intensif di antara mereka.
Laman www.breakingdefense.com,
dikutip di Jakarta dari Washington, Selasa, menyatakan, walau ekonomi
Rusia masih dibayangi sanksi dan harga minyak dan gas Bumi merosot tajam
sejak 2014, namun kekuatan kapal selamnya tetap mengagumkan.
Sekali
lagi, dalam laporan CSIS itu, disebutkan, jumlah kapal selam Rusia cuma
seperlima dari inventori arsenalnya pada 1991, yaitu 56 unit kapal
selam ketimbang 240 pada 1991.
Akan tetapi, Rusia telah membangun kader-kader profesional di bidang kapal selam modern.
Sebut saja produk mereka di kelas Severodvinsk, kapal selam serang-serbu yang bisa dibandingkan dengan kapal selam Amerika Serikat dari kelas USS Virginia, dalam hal persenjataan, teknologi tak kasat mata alias stealth, dan teknologi sonar sebagai mata dan telinga utama kapal selam di kedalaman laut yang gelap.
Aktivitas
armada kapal selam Rusia juga sudah jauh lebih aktif lagi, banyak
berlalu-lalang di kedalaman perairan Swedia dan Finlandia, bahkan
mendekati pangkalan kapal selam Inggris di Faslane, Skotlandia. Ini
dilaporkan menjadi insiden pertahanan negara itu kemudian.
“Organisasi,
hubungan, intelijen, dan kemampuan yang pernah ada untuk mendukung
operasionalisasi peperangan anti kapal selam di Atlantik Utara dan Laut
Baltik, kini tidak ada lagi,” sebagaimana dinyatakan laporan CSIS dalam www.breakingdefense.com itu.
Menurut
laman itu, ahli sejarah angkatan laut, Norman Polmar, berkata, “Ada dua
hal terjadi. Pertama, kapal selam Rusia lebih senyap dan kedua, NATO
harus meningkatkan kemampuan kapal selam mereka.”
Pendapat
Polmar diperkuat lagi dengan rekomendasi CSIS, yaitu meningkatkan kerja
sama dengan Swedia dan Finlandia melalui forum Kerja Sama Pertahanan
Nordik, dan hal-hal lain terkait.
Inggris Raya sebagai misal, menjadi negara NATO dengan kekuatan laut cukup mengkhawatirkan setelah mereka memensiunkan HMS Illustrious pada 2014 dan pesawat terbang patroli Nimrod-nya pada 2011 lalu.
Namun, menurut pejabat puncak di Kementerian Pertahanan Inggris, mereka kemudian membangun kapal induk kelas Elizabeth yang lebih mumpuni dan membeli sembilan Boeing P-8 Poseidon, yang kontrak pembeliannya ditandatangani di sela Farnborough Airshon 2016.
Credit ANTARA News