Kamis, 19 Mei 2016

Garda Revolusi Iran Ungkap Banyak Warganya Berjuang di Suriah


Garda Revolusi Iran Ungkap Banyak Warganya Berjuang di Suriah  
Iran memiliki dua angkatan bersenjata, yakni tentara reguler yang bertugas menjaga pertahanan nasional, dan IRGC yang dibentuk setelah Revolusi Islam tahun 1979 untuk melindungi Republik Islam terhadap musuh internal maupun eksternal. (Reuters/President.ir)
 
Jakarta, CB -- Garda Revolusi Iran, IRGC, mengungkapkan bahwa banyak warga Iran secara sukarela turut bertempur di Suriah untuk mendukung Presiden Bashar al-Assad dalam memerangi pemberontakan.

Warga Syiah yang merupakan mayoritas penduduk Iran merupakan sekutu utama Assad di Timur Tengah. Iran telah memberikan dukungan militer dan ekonomi kepada Assad dalam menghadapi pemberontakan dan serangan dari berbagai kelompok militan, termasuk ISIS dan Front Nusra yang berafiliasi dengan al-Qaidah.


"Banyak pemuda Iran yang berasal berbagai daerah dan etnis secara sukarela pergi ke Suriah untuk membantu pemerintah Suriah dan rakyat Suriah dalam perjuangan mereka melawan terorisme," kata kepala kantor hubungan publik IRGC, Jenderal Ramezan Sharif, dikutip dari kantor berita Tasnim pada Rabu (18/5).

Meski demikian, Sharif tidak menyebutkan jumlah pasti warga Iran yang bertempur di Suriah.

Pemerintah Assad memberikan cap teroris kepada seluruh penentangnya, termasuk kelompok militan Islam, pemberontak sekuler maupun para demonstran pro-demokrasi yang meluncurkan pemberontakan damai dan memantik konflik Suriah pada 2011.

Menurut laporan Tasnim, Iran membantah memiliki angkatan bersenjata konvensional di Suriah. Namun, Republik Islam ini mengakui memiliki penasihat militer dan relawan dari IRGC untuk membantu pasukan Assad.

Bulan lalu, Teheran mengungkapkan bahwa sejumlah komando militer juga telah dikirimkan ke Suriah untuk berperan sebagai penasihat militer.

Namun, panglima militer Iran kemudian menyatakan bahwa warga Iran tersebut bukanlah tentara, melainkan relawan yang bekerja di bawah pengawasan IRGC. Iran menampik bahwa tentara reguler terlibat langsung.

Iran memiliki dua angkatan bersenjata, yakni tentara reguler yang bertugas menjaga pertahanan nasional, dan IRGC yang dibentuk setelah Revolusi Islam tahun 1979 untuk melindungi Republik Islam terhadap musuh internal maupun eksternal.

Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah tentara Iran tewas di Suriah, termasuk beberapa tentara berpangkat tinggi dari IRGC. Media Iran terdapat lebih dari 100 kematian anggota IRGC dan relawan afiliasinya, milisi Basij, di Suriah.

Sementara, Amerika Serikat, Arab Saudi dan beberapa lainnya negara-negara Barat dan Teluk beserta Turki mendukung kelompok pemberontak yang berjuang untuk melengserkan Assad. Presiden Suriah ini didukung secara militer oleh Rusia dan Iran.

"Suriah adalah cincin emas perlawanan terdepan," kata Ali Akbar Velayati, penasihat senior Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, kepada ISNA, kantor Berita Mahasiswa Iran.

"Jika Assad dan rakyat Suriah gagal dalam perjuangan mereka melawan Takfiri (kelompok Muslim Sunni garis keras), target mereka selanjutnya adalah Irak yang dipimpin Syiah, diikuti oleh Iran," katanya.

Credit  CNN Indonesia