Jumat, 19 Februari 2016

Turki tak akan berhenti mengebom petempur Kurdi di Suriah



Turki tak akan berhenti mengebom petempur Kurdi di Suriah
Presiden Turki Tayyip Erdogan (kiri) menjelang sidang Parlemen Uni Eropa di Brussels, Belgia, Senin (5/10). (REUTERS/Francois Lenoir)
Ankara (CB) - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Rabu (17/2) mengatakan negaranya tidak akan berhenti mengebom petempur Partai Uni Demokratik Kurdi (PYD) di Suriah, yang dikategorikan Ankara sebagai cabang Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dianggap sebagai organisasi teroris.

"Saat ini, saya menghadapi kesulitan dalam memahami Amerika, yang masih belum memasukkan atau masih belum menyebut PYD dan YPG sebagai teroris dan mengatakan akan terus mendukung YPG," kata Erdogan.

Washington mengakui PKK sebagai kelompok teror tapi tidak PYD dan milisinya, Satuan Perlindungan Rakyat (YPG).

Kemajuan cepat petempur Kurdi Suriah yang didukung Amerika Serikat, yang memanfaatkan serangan udara Rusia di wilayah tersebut untuk merebut wilayah di dekat perbatasan Turki, telah membuat geram Ankara. Sebagai tanggapan, Turki telah mengebom posisi YPG selama berhari-hari.

"Mereka memberitahu Turki ini: Berhenti mengebom PYD dan YPG. Jangan tersinggung, tapi kami tidak punya pikiran seperti itu. Jika seseorang menembakkan howitzer atau peluru ke Turki, mereka akan menghadapi reaksi berulang-kali lebih banyak," kata Erdogan.

Erdogan menyalahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) karena tetap tak bertindak apa-apa mengenai perbuatan yang ia sebut "kejahatan terhadap kemanusiaan" oleh Rusia di Suriah.

"Rusia telah memperlihatkan (warna asli)-nya dengan berdiri di samping pembunuh dan tiran (Presiden Suriah Bashar) al-Assad yang telah mengakibatkan kematian hampir 500.000 orang. Saat ini, (Rusia) nyaris melakukan kejahatan yang sangat serius terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang dengan bom-bom yang telah menghujani sekarang. Apa yang dikatakan PBB? Jika dikonfirmasi, ini adalah kejahatan perang," kata Erdogan.

Erdogan juga memperingatkan krisis pengungsi, yang telah membuat 1,1 juta orang memasuki Eropa tahun lalu, akan bertambah parah jika konflik di Suriah tidak diakhiri.

"Tak peduli (jika) Barat bertindak dengan keras, dengan cara tak kenal kasihan, mereka tidak bisa mengendalikan arus masuk pengungsi," katanya seperti dilansir kantor berita Xinhua.

Dia menambahkan bahwa "harus ada konsensus segera mengenai penemuan penyelesaian bagi krisis Suriah."


Credit  ANTARA News