LIPI Katak enggano (atas) dan Bengkulu serta analisis "bahasa" yang digunakan untuk memanggil betina.
CB —
"Diasingkan" dari Sumatera oleh proses geologi, Pulau Enggano yang
terletak di Provinsi Bengkulu kini memberi kejutan bagi Indonesia.
Ekspedisi penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) mengungkap flora serta fauna khas dan belum dikenal
sebelumnya.
Jenis baru flora bahkan dijumpai pada bangsa tanaman
yang sudah dikenal luas. Jahe misalnya. Peneliti LIPI menemukan jahe
yang tidak seperti jahe umumnya yang dibuat wedang. Jahe yang dinamai
Zingiber engganoensis itu berbeda dengan jahe lain dari daunnya yang lebih tipis serta bunganya yang khas.
LIPI Jahe baru dari Enggano (Zingiber engganoensis) dan kerabat terdekatnya, Zingiber spectabile
Amir
Hamidy, koordinator ekspedisi Enggano, mengungkapkan bahwa kebaruan
spesies jahe itu telah dikonfirmasi dengan analisis DNA. "Bulan depan
mungkin sudah akan terbit publikasi spesies baru ini," ungkapnya dalam
konferensi pers di LIPI, Kamis (5/11/2015).
LIPI
Salak hutan yang dikoleksi di Pulau Enggano lewat Ekspedisi Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia. lain dengan salak biasanya, jenis ini
memiliki buah yang tersusun menjuntai.
Selain jahe, peneliti juga
meyakini bahwa jenis salak yang ditemukan di Enggano merupakan jenis
baru. Salak itu sekarang dideskripsikan sebagai asam kelubi (
Eleiodoxa conferta). Namun, penampakannya mirip dengan salak umumnya,
Sallaca affinis. Peneliti menduga, salak itu khas Enggano.
LIPI Ninox sp dan Alcedo sp, burung hantu dan burung raja udang yang diyakini jenis baru dari Enggano.
Dari golongan fauna, peneliti LIPI meyakini ada dua jenis burung baru. Salah satu jenis burung baru adalah burung hantu,
Ninox spp. Jenis lain adalah raja udang,
Alcedo spp. Raja udang di Enggano berbeda signifikan dengan jenis yang sama di Pagai dan Mentawai.
Dari
golongan katak, Amir sebagai peneliti amfibi meyakini ada dua jenis
baru. Ia mengatakan, setiap katak memiliki bahasa yang berbeda untuk
menarik pasangan. "Bahasa antara katak di Bengkulu dengan di Enggano
berbeda. Kalau sudah bahasanya berbeda, berarti jenisnya juga berbeda,"
ujarnya.
Dari spesies-spesies yang telah didata, peneliti
memperkirakan ada 14 spesies yang diyakini pasti baru. "Satu tumbuhan, 2
katak sudah yakin baru karena analisis genetiknya sudah keluar, 2
kelelawar, 1 jenis ikan, 2 jenis udang, 2 jenis capung, dan 4 jenis
kupu-kupu," urai Amir.
LIPI Ular tikus Enggano (Coelognathus enganensis)
Enggano
tidak hanya memberi kejutan karena jenis-jenisnya baru, tetapi juga
karena adanya jenis yang tak diduga bisa ditemukan. Salah satunya adalah
ular
Coelognathus enganensis. Selama 80 tahun, ular itu menghilang. Ekspedisi Enggano pada April-Mei 2015 lalu berhasil menemukannya kembali.
Kejutan lain adalah udang jenis
Macrobrachium bariense dan
M placidulum.
Biasanya, dua jenis udang tersebut dijumpai di timur garius Wallacea
atau secara umum di timur Sulawesi. Namun, untuk pertama kalinya, dua
jenis itu dijumpai di bagian barat Indonesia.
Dua jenis udang
itu dijumpai dalam ukuran yang lebih kecil. Bila di timur garis Wallace
ukurannya antara 20-30 sentimeter, di Enggano ukurannya hanya 10-15
sentimeter. Karena itu, para peneliti LIPI meyakini bahwa dua udang
tersebut merupakan jenis baru.
Beragam kejutan berupa
keanekaragaman hayati bisa dijumpai di Enggano karena pulau tersebut
terpisah dari Sumatera. "Karena mengalami isolasi, perkembangan evolusi
biotanya juga berbeda. Jadi, biota di Enggano sangat khas dan
endemisitasnya tinggi," kata Amir.
Credit
KOMPAS.com