Ilustrasi (Thinkstock)
Rencana eksekusi ini diberitakan oleh dua koran di Saudi, seperti dikutip Reuters, Kamis (26/11). Menurut koran Okaz, para tersangka teroris ini telah membunuh lebih dari 100 warga sipil dan 71 personel keamanan.
Okaz menuliskan, beberapa di antara yang akan dieksekusi adalah para anggota Al-Qaidah. Beberapa lainnya adalah tersangka teror dari Awamiya, kota mayoritas Syiah di wilayah timur Saudi yang warganya kerap menggelar demonstrasi.
Diplomat di Riyadh mengatakan bahwa tidak ada demonstran dari Awamiya di antara para tereksekusi mati, hanya orang-orang yang telah divonis atas kasus terorisme.
Militan Al-Qaidah kerap melakukan serangan di Saudi untuk menggulingkan kerajaan menggunakan senjata ringan, peledak dan rudal darat-ke-udara. Salah satu tervonis mati didakwa atas percobaan pembelian materi nuklir di Yaman seharga US$1,5 juta untuk digunakan menyerang Saudi.
Sedangkan para tersangka teror dari Awamiya didakwa atas kasus penghasutan, penyerangan aparat keamanan dan ikut campur dalam gejolak politik di negara tetangga Bahrain pada revolusi Arab tahun 2011. Di antara mereka masih berusia 18 tahun saat vonis dijatuhkan.
Tahun ini, Saudi telah mengeksekusi 150 orang, terbanyak dalam 20 tahun terakhir berdasarkan data Amnesty International bulan ini.
Jika eksekusi 52 orang tersangka teror jadi dilakukan, maka ini adalah hukuman mati terbanyak dalam satu waktu sejak tahun 1979. Saat itu, sebanyak 63 orang dipenggal di delapan kota karena terlibat dalam penyerangan di Masjidil Haram, Mekkah.
Dalam beberapa tahun terakhir Saudi mengeksekusi mati puluhan orang yang terlibat penyerangan al-Qaidah di negara itu dari tahun 2003-2006 dan 2009.
Ancaman serangan kini datang dari ISIS yang melakukan pengeboman masjid Syiah dan membunuh aparat keamanan serta warga asing dari Barat. ISIS sendiri telah menyerukan para simpatisan mereka di Saudi untuk tetap tinggal dan melakukan serangan di negara itu, tidak usah datang bergabung ke Suriah.
Kepolisian Saudi telah menangkap ratusan orang pendukung ISIS dan bergabung dengan koalisi pimpinan Amerika Serikat dalam melancarkan serangan udara ke markas ISIS di Suriah dan Irak. Pemerintah Riyadh juga gencar mengerahkan para ulama untuk mematahkan setiap ideologi ISIS yang dianggap bertentangan dengan ajaran Islam
Credit CNN Indonesia