Kamis, 26 November 2015

PTDI Pamerkan EC725, Pesaing Helikopter VVIP Pilihan TNI


PTDI Pamerkan EC725, Pesaing Helikopter VVIP Pilihan TNI Helikopter EC725 Caracal di hanggar PT Dirgantara Indonesia. PTDI merekomendasikan helikopter ini sebagai kendaraan operasional presiden. (CNN Indonesia/Iwan Hermawan)
 
Bandung, CB -- Sejumlah Eurocopter EC725 Caracal anyar berderet di hanggar perakitan akhir PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Helikopter-helikopter itu dipesan oleh TNI Angkatan Udara, namun bukan untuk kendaraan operasional very very important person (VVIP).

Total ada enam unit helikopter tempur EC725 yang dipesan TNI ke Airbus Helicopters (dulu Eurocopter) yang bermarkas di Perancis, dan kemudian dirakit di PTDI di Bandung, Jawa Barat, Indonesia.

Jenis helikopter kombat SAR yang juga dikenal dengan sebutan Super Cougar itu telah kenyang makan asam garam dalam berbagai pertempuran, mulai Afrika hingga Afghanistan di Asia Tengah. EC725 tergolong fleksibel, dapat digunakan untuk keperluan militer dan sipil.

PTDI menyebut EC725 pun dapat diubah menjadi helikopter VVIP untuk presiden, wakil presiden, dan pejabat penting negara lainnya. Tinggal dilengkapi fasilitas tambahan seperti sofa nyaman, dapur, peralatan keamanan, hingga saluran komunikasi aman.
Sebelum merakit EC725, PTDI sejak awal tahun 90-an telah merakit helikopter pendahulunya, yakni Eurocopter EC225 atau kini disebut Airbus Helicopters H225 Super Puma.

Tak hanya merakit, beberapa bagian helikopter tersebut seperti badan dan ekor pesawat juga diproduksi oleh PTDI.

Helikopter Super Puma selama ini dioperasikan skuadron tempur dan skuadron VVIP TNI AU, serta menjadi kendaraan operasional presiden jika berkunjung ke daerah-daerah yang memerlukan akses transportasi udara.

Namun karena usianya kian tua, TNI AU kini akan menggantinya demi faktor keamanan. Pilihan pun jatuh pada AgustaWestland AW101 buatan Italia-Inggris. Satu unit telah dipesan sejak Juni 2014, dan akan tiba di Jakarta tahun depan. Meski demikian, Direktur Produksi PTDI Arie Wibowo masih berharap TNI mengubah pilihannya.

“EC725 sangat direkomendasikan bagi VVIP, dan lebih unggul dibanding buatan Italia,” klaim Arie saat memamerkan helikopter itu di hanggar PTDI, Bandung (25/11).

Interior helikopter EC725 yang dipamerkan PTDI di hanggar perakitannya di Bandung, Jawa Barat. (CNN Indonesia/Iwan Hermawan)
Badan EC725, ujar Arie, didesain antipeluru, serta dilengkapi perahu karet dan forward looking infrared (FLIR). Dia juga mengklaim membeli EC725 lebih aman dari segi keamanan rahasia negara.

Sebelumnya, Komisaris Utama PTDI yang juga Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Agus Supriatna mengatakan pemilihan AW101 berdasarkan kajian internal TNI AU.

“Kami mencari yang terbaik, misal lihat baling-balingnya. Karena jika helikopter digunakan untuk ke daerah-daerah bencana, terutama di perkampungan, bayangkan kalau baling-balingnya besar, bisa terbang semua (benda-benda). Nah, dari situ terlihat yang baling-balingnya paling kecil dan halus AW101,” kata Agus.

Menurut Agus, Badan SAR Nasional pun membeli AW101 karena helikopter itu memiliki kemampuan SAR.
Credit  CNN Indonesia