Helikopter EC725 Caracal di hanggar PT
Dirgantara Indonesia. PTDI merekomendasikan helikopter ini sebagai
kendaraan operasional presiden. (CNN Indonesia/Iwan Hermawan)
Total ada enam unit helikopter tempur EC725 yang dipesan TNI ke Airbus Helicopters (dulu Eurocopter) yang bermarkas di Perancis, dan kemudian dirakit di PTDI di Bandung, Jawa Barat, Indonesia.
Jenis helikopter kombat SAR yang juga dikenal dengan sebutan Super Cougar itu telah kenyang makan asam garam dalam berbagai pertempuran, mulai Afrika hingga Afghanistan di Asia Tengah. EC725 tergolong fleksibel, dapat digunakan untuk keperluan militer dan sipil.
Sebelum merakit EC725, PTDI sejak awal tahun 90-an telah merakit helikopter pendahulunya, yakni Eurocopter EC225 atau kini disebut Airbus Helicopters H225 Super Puma.
Tak hanya merakit, beberapa bagian helikopter tersebut seperti badan dan ekor pesawat juga diproduksi oleh PTDI.
Namun karena usianya kian tua, TNI AU kini akan menggantinya demi faktor keamanan. Pilihan pun jatuh pada AgustaWestland AW101 buatan Italia-Inggris. Satu unit telah dipesan sejak Juni 2014, dan akan tiba di Jakarta tahun depan. Meski demikian, Direktur Produksi PTDI Arie Wibowo masih berharap TNI mengubah pilihannya.
“EC725 sangat direkomendasikan bagi VVIP, dan lebih unggul dibanding buatan Italia,” klaim Arie saat memamerkan helikopter itu di hanggar PTDI, Bandung (25/11).
Interior helikopter EC725 yang dipamerkan PTDI di hanggar perakitannya di Bandung, Jawa Barat. (CNN Indonesia/Iwan Hermawan)
|
Sebelumnya, Komisaris Utama PTDI yang juga Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Agus Supriatna mengatakan pemilihan AW101 berdasarkan kajian internal TNI AU.
Menurut Agus, Badan SAR Nasional pun membeli AW101 karena helikopter itu memiliki kemampuan SAR.
Credit CNN Indonesia