Xuming adalah remaja yang berasal dari Guangzhou, China, yang sekarang tinggal di San Diego, AS. Sementara itu, Ivan berasal dari Australia. Kepada MailOnline, keduanya mengaku saling menyapa lewat Google Chat dan Facebook secara bergiliran. Ketika salah satu dari mereka pergi tidur, salah satunya lagi mengambil alih.
"Zona waktu kami berselisihan. Salah satu dari kami harus menunggu begitu lama untuk melengkapi yang lain," ujar Xuming.
"Ia adalah satu-satunya orang yang pernah saya temui bisa nyambung jika berbicara soal matematika," kata Ivan tentang Xuming. "Saya tahu, kami berdua memiliki perhatian yang sama pada waktu yang sama, tetapi dia lebih tertarik pada satu sisi geometri, sementara saya memilih aljabar dan teori string (gabungan teori kuantum dan relativitas)."
Keduanya dipertemukan pada persoalan "memahami struktur alam semesta".
"Teorema ini akan memberikan kontribusi bagi kita untuk memahami perjalanan antar-galaksi karena teori string memprediksi keberadaan 'jalan pintas'—yang biasa disebut lubang cacing—di ruang angkasa," kata Ivan. "Hal ini membantu, minimal, kemungkinan matematis antar-planet tertentu berdasarkan struktur mereka."
Ivan melakukan penelitian ini sepenuhnya di rumah. Sekolah, menurut dia, bukan membebaskan, melainkan justru mengekangnya dengan sebuah target ranking.
Ivan adalah sosok yang genius. Ia pernah ditawari beasiswa sebuah perguruan tinggi saat berumur 14 tahun, tetapi ia menolaknya. Ia juga berbicara enam bahasa, telah menyelesaikan diploma piano, dan mewakili Queensland dalam kejuaraan catur tingkat nasional.
Ia juga seorang juara renang tingkat nasional.
Sementara itu, Xuming mengaku "biasa-biasa saja" dalam semua pelajaran, kecuali matematika.
Temuan keduanya telah dipublikasikan dalam Journal of Geometry dengan judul "Generalisations of the Neuberg Cubic to the Euler Pencil of Isopivotal Cubics".
Karena temuan ini juga, keduanya disebut sebagai kontributor termuda pada jurnal tersebut.
Credit KOMPAS.com