"Tidak benar. Jihad tidak seperti itu. Jihad itu adalah perang, bukan membunuh atau membantai," ujar Ali di Mapolda Metro Jaya, Rabu (25/11).
Ia menyebutkan kemungkinan aksi teror di Paris dilakukan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"Kami beda pemahaman dengan mereka. Contoh, kami sampai keluar ke Afganistan tahun 1985 sampai akhir 1994. Meskipun kami keluar dari rezim Soeharto, kami belum pernah mengkafirkan Soeharto atau orang-orang yang duduk di pemerintahan," ungkapnya.
Ia menyampaikan, kalau kelompoknya mengkafirkan pemerintah saat itu, maka sudah dari dulu dihabisi.
Menurutnya, ISIS menyerang simbol-simbol negara, di mana pun tempatnya, baik di Indonesia atau negara lain.
"Sama. Di sini juga ada ISIS. Ketika ISIS itu ada di Indonesia atau mana pun, maka pemikirannya sama," katanya.
Ketika ditanya siapa pemimpin ISIS di Indonesia, Ali mengaku tidak mengetahuinya.
"Wah, itu saya enggak bisa nebak. Karena belum pernah diproklamirkan. Ya tidak tahulah. Kalau saya terus terang. Kalau mereka tidak terus terang. Kami ini orang-orang Jemaah Islamiah bercita-cita untuk mendirikan negara berdasarkan Islam, tetapi dengan cara-cara yang baik. Tidak baik jika melakukan cara-cara dengan pengeboman seperti waktu kami dulu. Itu jihad yang salah. Tidak usah dilakukan seperti itu," tandasnya.
Credit Beritasatu.com