Pejabat keamanan Turki mengatakan
bahwa pesawat Rusia tersebut melanggar batas wilayah udara dengan
memasuki langit Turki selama 17 detik. (Reuters/Sadettin Molla)
"Kami sudah belajar dari Perang Dingin dan tak ingin hal itu terjadi," ujar Galuzin dalam jumpa pers di kediamannya di Jakarta, Rabu (25/11).
Namun, yang menjadi masalah menurut Galuzin adalah pola pikir NATO masih sama dengan saat masa Perang Dingin.
"Mental mereka masih ingin cari musuh untuk memantapkan posisi mereka. Mereka harus menghentikan mental itu. Mental itu seharusnya sudah dilupakan," tutur Galuzin.
"Kami tidak memandang AS sebagai musuh. Kami ingin bekerja sama untuk memerangi terorisme. Kami juga sudah menyepakati kerja sama koordinasi agar tidak terjadi kecelakaan antara koalisi AS dan Rusia di Suriah, tapi perjanjian itu dilanggar sendiri oleh Turki sebagai salah satu anggota koalisi AS," ucap Galuzin.
|
Pejabat keamanan Turki mengatakan bahwa pesawat Rusia tersebut melanggar batas wilayah udara dengan memasuki langit Turki selama 17 detik.
Namun, Galuzin menampik tudingan tersebut dengan berkata, "Data penerbangan Kementerian Pertahanan Rusia jelas menunjukkan, pesawat itu terus, dan tidak pernah keluar dari wilayah Suriah. Turki juga menembaknya di wilayah Suriah."
Ia lantas melontarkan tudingan kerasnya terhadap sikap Turki dan NATO yang mendukung di belakangnya.
"Saya pikir, mereka takut ketika melihat Rusia benar-benar ingin menghancurkan ISIS. Mereka tidak mau ISIS dihancurkan Rusia. Dengan demikian, NATO mendukung terorisme," ucap Galuzin.
Kendati demikian, di akhir pembicaraannya, Galuzin kembali meminta agar NATO menghentikan sikap masa lalunya.
"Dengan seperti ini, semua akan lebih buruk. Tinggalkan mental masa Perang Dingin. Mari bekerja sama menjaga stabilitas dan perdamaian internasional," katanya.
Credit CNN Indonesia