BEIJING, CB -
China mendeklarasikan bahwa pihaknya berencana untuk membangun sebuah
fasilitas militer di Djibouti, sebuah negara yang penting dari segi
letaknya di Tanduk Afrika.
Rencana tersebut, jika terwujud, tampaknya akan menjadi kehadiran permanen pertama militer China di luar negeri dan tanda pertumbuhan angkatan laut negara itu.
Pengumuman akan rencana itu muncul hari Kamis (26/11/2015).
Pada hari yang sama media yang didukung negara melaporkan rencana Presiden Xi Jinping mereorganisasi besar-besaran militer negara itu, termasuk penciptaan sebuah sistem komando baru yang dimaksudkan untuk mengintegrasikan dan menyeimbangkan kekuatan darat, udara dan laut Tentara Pembebasan Rakyat agar menjadi lebih gesit.
Ketika mengungkapkan bahwa China sedang dalam pembicaraan untuk membangun apa yang disebut sebuah "fasilitas logistik" di Djibouti, Kementerian Luar Negeri mengatakan, instalasi tersebut akan berfungsi untuk memasok kapal angkatan laut China yang sudah berpartisipasi dalam misi anti-pembajakan PBB di Teluk Aden sejak tahun 2008.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Hong Lei, tidak merujuk fasilitas itu sebagai sebuah pangkalan militer. Dia tidak mengatakan kapan pembangunannya akan dimulai atau kapan akan selesai.
Amerika Serikat (AS) mempertahankan satu-satunya pangkalan militernya di benua Afrika di Djibouti. Pangkalan itu digunakan sebagai basis operasi kontra-terorisme di Afrika dan Timur Tengah. Tahun lalu, Presiden Barack Obama memperbaharui sewa pangkalan itu untuk periode 20 tahun.
Rencana pembangunan fasilitas militer China di Djibouti terjadi setelah kunjungan Kepala Staf Umum Angkatan Darat Tentara Pembebasan Rakyat, Jenderal Fang Fenghui, ke Djibouti pada bulan ini. Kunjungan tersebut tampaknya telah membahas tentang hal itu.
Tahun ini, China menerbitkan sebuah dokumen pertahanan utama, yang dikenal sebagai kertas putih, yang menguraikan ambisinya untuk menjadi kekuatan maritim global.
China telah banyak berinvestasi dalam pembangunan infrastruktur Djibouti, termasuk ratusan juta dolar yang dihabiskan untuk memperbaharui pelabuhan-pelabuhan negara itu yang tidak memadai. China juga membiayai pembangunan jalur kereta api yang membentang dari Addis Ababa, Ibukota Ethiopia, ke Djibouti. Sebuah proyek yang menelan biaya miliaran dolar.
Populasi Djibouti hanya 1 juta orang. Kebanyakan dari mereka hidup dalam kemiskinan.
Sejumlah pakar militer mengatakan, secara letak, Djibouti menawarkan tempat yang sangat baik untuk melindungi impor minyak dari Timur Tengah yang melintasi Samudera Hindia dalam perjalanannya ke China. Dari Djibouti, China memperoleh akses yang lebih besar ke Semenanjung Arab.
Rencana tersebut, jika terwujud, tampaknya akan menjadi kehadiran permanen pertama militer China di luar negeri dan tanda pertumbuhan angkatan laut negara itu.
Pengumuman akan rencana itu muncul hari Kamis (26/11/2015).
Pada hari yang sama media yang didukung negara melaporkan rencana Presiden Xi Jinping mereorganisasi besar-besaran militer negara itu, termasuk penciptaan sebuah sistem komando baru yang dimaksudkan untuk mengintegrasikan dan menyeimbangkan kekuatan darat, udara dan laut Tentara Pembebasan Rakyat agar menjadi lebih gesit.
Ketika mengungkapkan bahwa China sedang dalam pembicaraan untuk membangun apa yang disebut sebuah "fasilitas logistik" di Djibouti, Kementerian Luar Negeri mengatakan, instalasi tersebut akan berfungsi untuk memasok kapal angkatan laut China yang sudah berpartisipasi dalam misi anti-pembajakan PBB di Teluk Aden sejak tahun 2008.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Hong Lei, tidak merujuk fasilitas itu sebagai sebuah pangkalan militer. Dia tidak mengatakan kapan pembangunannya akan dimulai atau kapan akan selesai.
Amerika Serikat (AS) mempertahankan satu-satunya pangkalan militernya di benua Afrika di Djibouti. Pangkalan itu digunakan sebagai basis operasi kontra-terorisme di Afrika dan Timur Tengah. Tahun lalu, Presiden Barack Obama memperbaharui sewa pangkalan itu untuk periode 20 tahun.
Rencana pembangunan fasilitas militer China di Djibouti terjadi setelah kunjungan Kepala Staf Umum Angkatan Darat Tentara Pembebasan Rakyat, Jenderal Fang Fenghui, ke Djibouti pada bulan ini. Kunjungan tersebut tampaknya telah membahas tentang hal itu.
Tahun ini, China menerbitkan sebuah dokumen pertahanan utama, yang dikenal sebagai kertas putih, yang menguraikan ambisinya untuk menjadi kekuatan maritim global.
China telah banyak berinvestasi dalam pembangunan infrastruktur Djibouti, termasuk ratusan juta dolar yang dihabiskan untuk memperbaharui pelabuhan-pelabuhan negara itu yang tidak memadai. China juga membiayai pembangunan jalur kereta api yang membentang dari Addis Ababa, Ibukota Ethiopia, ke Djibouti. Sebuah proyek yang menelan biaya miliaran dolar.
Populasi Djibouti hanya 1 juta orang. Kebanyakan dari mereka hidup dalam kemiskinan.
Sejumlah pakar militer mengatakan, secara letak, Djibouti menawarkan tempat yang sangat baik untuk melindungi impor minyak dari Timur Tengah yang melintasi Samudera Hindia dalam perjalanannya ke China. Dari Djibouti, China memperoleh akses yang lebih besar ke Semenanjung Arab.
Credit KOMPAS.com