Selasa, 24 November 2015

Ketika Saba Ahmed Gunakan Bendera AS sebagai Hijab di "Talk Show" Fox News


 
FOX NEWS Saba Ahmed menggunakan sebuah bendara AS sebagai hijab dalam acara talk show di Fox News Channel.
NEW YORK, CB — Saat terakhir kali Saba Ahmed muncul sebagai panelis di acara The Kelly Show yang ditayangkan Fox News Channel, ia memperhatikan banyak tamu yang mengenakan lambang patriotisme mereka secara terbuka, di lengan maupun kerah baju, baik berupa bendera maupun pernak-pernik lainnya.

Maka dari itu, ketika Saba, yang merupakan seorang pengacara Muslim Amerika keturunan Pakistan, kembali ke acara itu sebagai panelis minggu ini, beberapa hari setelah serangan teroris di Paris, Perancis, yang membangkitkan kembali retorika anti-Muslim dan gerakan untuk membatasi pengungsi Muslim memasuki Amerika, dia memutuskan untuk menunjukkan sikap patriotiknya melalui pilihan berpakaiannya.

Awalnya, ia berpikir untuk menyelempangkan bendera yang dibawanya ke bahu. Namun, ia dan beberapa perempuan di ruang rias memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berbeda.

"Mereka menyukai ide memasang syal di kepala, jadi saya melakukannya," kata dia.

Tayangan Saba Ahmed mengenakan bendera AS sebagai hijab di jaringan berita yang didirikan Rupert Murdoch, yang dikenal dengan pandangan kristen ultra-konservatif banyak pembawa acaranya serta kedekatan jaringan televisi itu dengan Partai Republik, tersebar luas di seluruh dunia.

Dalam sebuah segmen yang mengulas seruan kandidat presiden Partai Republik, Donald Trump, untuk menutup masjid-masjid, Saba Ahmed duduk, dibalut bendera cerah berlambang bintang dan garis-garis, dengan sabar menjelaskan kepada rekan panelisnya dan pembawa acara Megyn Kelly bahwa langkah semacam itu tidaklah adil dan menyalahi konstitusi.

"Megyn, kami pergi ke masjid untuk berdoa," katanya. "Sangat mengerikan mendengar bahwa hak konstitusional kami, berupa kebebasan untuk menjalankan kewajiban agama akan dibatasi... Anda tak akan menutup gereja hanya karena ada satu atau dua orang Kristen bersikap buruk."

Keputusannya untuk mengenakan bendera Amerika sebagai hijab digambarkan sebagai upaya genius. Namun, Saba Ahmed dengan jujur menyampaikan tujuannya.

"Saya hanya ingin menunjukkan bahwa kami adalah orang Muslim Amerika yang patriotik," katanya kepada Fairfax Media dalam sebuah wawancara.

"Saya sering ditanya apakah saya seorang Amerika atau cukup Amerika? Maka, saya berharap, hijab yang saya kenakan memberikan jawabannya."

Beberapa orang memujinya sebagai pahlawan. Namun, pilihan busananya juga menuai kecaman pedas dari para penonton lain yang beranggapan, ia bersikap tidak hormat atau melecehkan.

Hal itu membuatnya bingung.

"Terutama, di sini di Washington DC, semua orang mengenakan lambang patriotisme di setiap sudut jalan," katanya. "Anda akan menemukan pakaian, bendera, pin, syal, atau bandana... Menurut saya ini bukanlah suatu masalah."

Menurut Sydney Morning Herald, Saba Ahmed tidak bertindak subversif dan bukan dari kelompok liberal yang hendak mengolok-olok para penonton Fox yang konservatif. Nyatanya, dia sendiri adalah orang yang konservatif.

Sebelumnya, dia seorang Demokrat. Dia pindah ke Partai Republik tiga tahun lalu.

"Sebagai seorang Muslim, saya tak dapat membela nilai-nilai liberal yang diperjuangkan Partai Demokrat," katanya.

Dia adalah pendiri dan presiden dari kelompok yang bernama Koalisi Muslim Republikan, yang bertujuan mendidik partai tua tersebut tentang Islam dan isu-isu yang memengaruhi kelompok Muslim dalam partai tersebut.

Misinya adalah mencoba menunjukkan kepada para kaum konservatif di Amerika bahwa menjadi Muslim sejalan dengan patriotisme Amerika, bahkan Republikan yang konservatif.

Banyak orang di Amerika bertanya-tanya mengapa seorang Muslim mau memilih Partai Republik, apalagi menjadi anggota aktif, mengingat banyak kecaman buruk yang dikeluarkan oleh banyak anggota penting Partai Republik akhir-akhir ini. Salah satu kandidat presiden partai itu, Ben Carson, menyatakan bahwa ia pikir seorang Muslim tidak seharusnya menjadi presiden Amerika Serikat. Selama ini banyak anggota Partai Republik yang masih beranggapan bahwa Presiden Barack Obama secara sembunyi-sembunyi adalah seorang Muslim.

Namun, Saba Ahmed masih melihat Partai Republik sebagai pilihan politik yang paling cocok.

"Nilai keislaman kami yang amat konservatif cocok dan sejalan dengan platform partai Republik," katanya.

"Kami percaya pada nilai yang pro-kehidupan, nilai keluarga tradisional, pro-bisnis, pro-perdagangan. Dalam banyak hal, kami setuju dengan platform Partai Republik dan apa yang diperjuangkan partai konservatif. Kami memiliki banyak kesamaan daripada yang mereka pikirkan."

Jelas bahwa banyak Muslim Amerika tidak sependapat dengannya. Saat ini, mayoritas Muslim Amerika mendukung Partai Demokrat. Survei yang dilakukan Dewan Hubungan Amerika-Islam menunjukkan 85 persen pemilih Muslim mendukung Obama pada 2012. Hanya 4 persen yang memilih Mitt Romney, kandidat Partai Republik. Empat puluh persen pemilih Muslim berkata mereka menganggap dirinya pendukung setia Demokrat dibandingkan dengan 7 persen lainnya yang menganggap dirinya bagian dari Partai Republik.

Hal ini berbeda dengan kejadian pada tahun 2000, saat kebanyakan Muslim dengan latar belakang Timur Tengah memilih George Bush dari Republikan.


Credit  KOMPAS.com